Pangkalpinang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan pemantauan pada tujuh lokasi hotspot rawan bencana kebakaran hutan dan lahan yang dikirim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) daerah setempat.

"Tujuh lokasi titik panas (hotspot) tersebut sebagian besar ada di Kabupaten Bangka Barat, kita terus pantau setiap hari agar tidak menyebar ke daerah lain," kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Babel Mikron Antariksa di Pangkalpinang, Selasa.

Menurut dia, data lokasi titik panas atau area yang memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan sekitar tersebut merupakan data dari BMKG yang selama ini terus melakukan deteksi melalui satelit.

"Ini yang harus kita waspadai dan dilakukan pencegahan agar tidak menimbulkan bencana yang lebih besar yang pastinya akan merugikan masyarakat," katanya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut pihaknya mengajak warga untuk berperan aktif dalam pencegahan sejak dini, yaitu dengan cara tidak melakukan pembakaran lahan.

Baca juga: Antisipasi karhutla, edukasi diperkuat BPBD di Belitung-Babel

Baca juga: Kabut asap seakan jadi "tradisi" tahunan


Berdasarkan lokasi yang ditunjukkan BMKG dan laporan dari lapangan, kata dia, kebakaran hutan atau lahan cakupannya sekitar 70 persen kebakaran terjadi di lahan kosong.

"Warga Babel memiliki tradisi membakar lahan itu di musim kemarau untuk kemudian dijadikan kebun, lahan tanam padi maupun kebun yang ditanam berbagai tanaman buah yang bisa dipanen dalam jangka panjang, biasanya untuk investasi yang akan diberikan kepada generasi berikutnya yang dikenal dengan istilah kelekak," ujarnya.

Ia berharap masyarakat tidak lagi melakukan kebiasaan membakar hutan jika tidak diperlukan dan jika ingin membakar harus dikendalikan agar api pembakaran tidak melebar dan menyebar luas.

"Kami selalu ingatkan agar masyarakat menyudahi kebiasaan ini agar tidak merembet ke lahan yang lebih luas yang akhirnya akan merugikan diri dan orang lain," katanya.

Selain potensi bencana kebakaran hutan dan lahan, BPBD Babel juga melakukan pemantauan secara intensif terhadap potensi bencana angin kencang dan banjir.

Ia mengatakan berbagai bencana yang terjadi selama ini hampir seluruhnya bisa diselesaikan penanggulangannya di tingkat kota dan kabupaten, hal ini merupakan salah satu bukti bentuk kerja sama yang baik lintas sektor yang selalu bisa hadir di tengah masyarakat pada saat terjadi bencana.

"Kami berharap pola kerja sama bisa terus ditingkatkan agar ke depan bisa bersama-sama melakukan pencegahan dan penanggulangan dengan lebih baik lagi," katanya.

Baca juga: Kurangi asap karhutla, masyarakat Babel diminta tidak bakar lahan

Baca juga: BPBD Babel tangani 15 kali karhutla setiap hari

Pewarta: Donatus Dasapurna Putranta/Elza Elvia
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023