Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik untuk hari kedua beruntun di perdagangan Asia pada Jumat sore, berada di jalur untuk kenaikan minggu keenam mereka, setelah Arab Saudi dan Rusia, produsen minyak mentah terbesar kedua dan ketiga di dunia, berjanji untuk memangkas produksi hingga bulan depan.

Minyak mentah berjangka Brent untuk Oktober naik tipis 2 sen menjadi diperdagangkan di 85,16 dolar AS per barel pada pukul 06.09 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk September menguat 9 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 81,64 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan berada di jalur untuk kenaikan minggu keenam, kenaikan mingguan terpanjang mereka tahun ini. Brent telah melonjak 15,4 persen dan WTI terangkat sebesar 18,2 persen selama enam minggu terakhir.

Arab Saudi pada Kamis (3/8/2023) memperpanjang pemotongan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga akhir September. Rusia juga akan memangkas ekspor minyaknya sebesar 300.000 barel per hari pada September, kata Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.

Komite Pemantauan Menteri Bersama OPEC+ tidak mungkin mengubah pengurangan produksi minyak secara keseluruhan pada pertemuannya pada Jumat, kata sumber. Tetapi perpanjangan pengurangan dan komentar Arab Saudi oleh Rusia menjelang pertemuan OPEC+ telah meningkatkan kekhawatiran pasokan, mendukung harga.

Namun, kumpulan data AS terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat dan sektor jasa-jasa yang melambat telah memicu beberapa kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi akan mengekang permintaan minyak dan menekan harga lebih rendah, bahkan dengan pengurangan pasokan.

"Dolar yang kuat telah membebani harga minyak mentah dan semua orang ingin tahu apakah pasar tenaga kerja yang panas akan memaksa Fed untuk memperketat kebijakan lebih jauh lagi," kata Edward Moya, seorang analis di OANDA, merujuk pada Federal Reserve AS yang berpotensi menaikkan suku bunga.

Selain itu, penurunan aktivitas bisnis zona euro memburuk lebih dari perkiraan semula pada Juli dan Bank Sentral Inggris menaikkan suku bunga ke puncak 15 tahun pada Kamis (3/8/2023). Biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk bisnis dan konsumen dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Namun, prospek permintaan yang membaik dan pasokan yang lebih ketat dapat terus menopang pasar minyak, kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

"(Data) penggajian non-pertanian AS yang akan datang akan menjadi fokus, dan mengarahkan sentimen pasar malam ini," kata Teng, merujuk pada data ketenagakerjaan AS.

Baca juga: Emas jatuh lagi karena imbal hasil obligasi AS naik dan dolar kuat
Baca juga: Dolar melemah di awal Asia jelang data penggajian AS, Aussie "rebound"
Baca juga: Wall Street ditutup melemah tertekan lonjakan imbal hasil obligasi

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023