ikut serta dalam satu skema yang mengorbankan dirinya
Jakarta (ANTARA) -
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Adrianus Eliasta Sembiring Meliala mengatakan korban bisa menjadi pelaku baru dari tindak pidana perdagangan orang (TPPO).  

Adrianus Meliala memberikan contoh kasus Patty Hearst yang fenomenal di Amerika Serikat pada 1974. Patty Hearts adalah seorang anak konglomerat yang menjadi korban penculikan. Namun pada akhirnya justru bergabung dengan kelompok penculik untuk melakukan tindakan kriminal. 

"Saya pakai analogi tersebut untuk menjelaskan kasus yang terjadi saat ini ketika seseorang tak merasa lagi dijual. Malah merasa mendapat pemasukan yang besar," ujar Adrianus kepada ANTARA melalui sambungan telepon dari Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Kejaksaan bantu bebaskan enam WNI korban TPPO di Bangkok

Perilaku perubahan korban menjadi pelaku TPPO tercermin pada kasus sindikat jual beli ginjal internasional yang terungkap belum lama ini. Dari 15 tersangka, sembilan di antaranya pernah menjadi pendonor atau korban yang berubah menjadi pelaku TPPO.

Dari kasus tersebut, Adrianus kemudian menyimpulkan bahwa dalam perkembangan kasus TPPO terdapat "varian baru" yakni korban yang berubah menjadi pelaku.

"Ada variasi dalam konteks perdagangan orang berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu," ujar Adrianus. 

Dalam varian baru TPPO, lanjut pria 56 tahun itu, pelaku dan korban terlibat kontak dengan adanya perpindahan tempat, ketika mengurus dokumen, atau saat berada di lokasi tertentu yang menjadi lokasi penampungan. 

"Dari kacamata aparat penegak hukum yang agak konservatif, korban juga dapat dikatakan sebagai penyerta. Jadi bukan hanya menjadi korban, tetapi dia sudah ikut serta dalam satu skema yang mengorbankan dirinya. Dia bekerja sama dengan orang lain agar dia menjadi korban," kata Adrianus.

Menurut Adrianus pemerintah saat ini telah melakukan langkah tepat dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) TPPO yang dibentuk Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.  

"Satgas ini melakukan dua hal yakni pendataan dan mengkoordinasi peran-peran seperti Kemlu, Polri, BPMI, dan lainnya. Sehingga tidak ada kepentingan lain," kata Adrianus.

Satgas TPPO dalam periode 5 Juni-2 Agustus telah menangkap 882 tersangka dan menyelamatkan 2.233 orang dari tindak pidana perdagangan orang, termasuk kasus jual beli ginjal jaringan internasional Indonesia-Kamboja.

Tak hanya penguatan di dalam negeri,  Indonesia juga terus berupaya bersinergi dengan negara lainnya seperti Kamboja agar pemberantasan kasus TPPO bisa dilakukan secara komprehensif. 

KBRI Phnom Penh kepada ANTARA melalui keterangan tertulis, Jumat (4/8), terus melakukan upaya peningkatan komunikasi dan kerja sama antara Polri dan Kepolisian Kamboja (CNP), baik secara formal maupun informal. 

Salah satu yang menjadi prioritas adalah membantu penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) terkait pencegahan dan penanganan Kejahatan Transnasional (TNC) yang rencananya disepakati pada akhir Agustus 2023.

KBRI Phnom Penh juga telah mengirimkan nota diplomatik ke Kamboja untuk menyampaikan permohonan Polri kepada Kepolisian Kamboja untuk turut membantu memulangkan korban perdagangan ginjal sejak 23 Juni 2023 hingga awal Juli 2023.

"KBRI Phnom Penh mendukung penuh upaya Polri untuk memutus jalur dan menghentikan jaringan sindikasi perdagangan ginjal di Indonesia," kata KBRI Phnom Penh dalam keterangan tertulisnya.

Baca juga: Aktivis PMI minta dukungan Komnas HAM perangi dugaan TPPO

Baca juga: Optimisme memutus mata rantai perdagangan orang di ASEAN

Baca juga: Kemlu pulangkan sembilan WNI korban perdagangan orang di Myanmar

Pewarta: Muhammad Ramdan
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023