Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat mengatakan akan segera mengirimkan sistem pertahanan rudalnya ke Guam untuk menghadapi ancaman Korea Utara.

Keputusan ini dibuat setelah Menteri Pertahanan Chuck Hagel menyebutkan ada "bahaya nyata dan jelas" dari Pyongyang.

Korea Utara telah mengancam melakukan serangan nuklir ke Amerika Serikatr dan meluncurkan rudal-rudalnya ke pangkalan-pangkalan AS di Pasifik, termasuk Guam yang merupakan teritori AS di Pasific.

Utara meradang setelah PBB menjatuhkan sanksi kepada negara itu menyusul uji coba ketiga senjata nulirnya Februari lalu.

Negara yang disebut pers Barat sebagai negara paling terasing dan sulit diprediksi ini mengatakan telah mengaktifkan kembali reaktor nuklirnya yang bisa memproduksi bom plutonium.

"Beberapa aksi yang mereka ambil dalam pekan-pekan terakhir, memesankan bahaya nyata dan jelas," kata Hagel kepada audiens di Universitas Pertahanan Nasional, Washington, seperti dikutip Reuters.

Seperti yang sering dia katakan, Hagel menanggapi serius ancaman itu.  Buktinya, AS  menyiapan rencana pertahanan rudalnya dan menggelarkan dua destroyer berpeluru kendali di Pasifik Barat demi memperkuat sistem pertahanan rudalnya.

AS juga kian memperkuat postur militernya selama latihan perang bersama Korea Utara pekan lalu dengan menerbangkan dua pesawat pembom siluman di wilayah udara Korea Selatan.

Terakhir Pentagon menyebutkan akan menggelarkan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) ke Guam pada pekan-pekan ke depan. Sistem THAAD meliputi sebuah truk pengangkut peluncur rudak, rudal-rudal pengacau, sebuah radar penjeka AN/TPY-2, dan sebuah sistem pengendali peluncuran terintegrasi.

"Amerika Serikat tetap waspadai menghadapi provokasi Korea Utara dan siaga mempertahankan wilayah AS, sekutu kami dan kepentingan nasional kami," kata juru bicara Pentagon seperti dikutip Reuters.

Hagel menyebutkan bahwa sejauh ini respons Amerika "terukur, bertanggungjawab dan serius".  Dia juga mengatakan AS bekerjasama dengan para sekutu untuk menenangkan situasi.

Di Beijing, wakil menteri luar negeri China bertemu dengan para duta besar AS dan kedua Koreas untuk mengungkapkan keprihatinan China di Semenanjung Korea.  Ini menunjukkan China yang disebut sekutu paling berpengaruh Korea Utara semakin mengkhawatirkan krisis akan berkembang menjadi di luar kendali.

Ironisnya, menurut Gedung Putih, meskipun berulangkali mengirim retorika perang, Pyongyang tidak kelihatan tengah menyiagakan 1,2 juta tentaranya untuk bersiap menghadapi perang.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013