Almaty (ANTARA News) - Kepala perunding nuklir Iran Saeed Jalili mengatakan pada Sabtu, ada beberapa jarak antara sikap Teheran dan negara-negara kuat dunia, namun pengayaan uranium yang disengketakan bisa menjadi subjek untuk kerja sama membangun kepercayaan.

Saeed Jalili mengatakan hal ini setelah dua hari pembicaraan di Kota Almity Kazakhstan gagal mencapai kemajuan substantif dalam sengketa yang berumur satu dekade mengenai program nuklir Iran itu.

"Kami mengusulkan rencana tindakan kita dan pihak lain tidak siap. dan mereka meminta beberapa waktu untuk mempelajari ide itu," kata Jalili pada konferensi pers.

Dia mengatakan sekarang tergantung kepada negara-negara kuat untuk menunjukkan kesediaan untuk mengambil langkah-langkah membangun kepercayaan.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton berpendapat, sikap negara-negara kuat dunia dan Iran tetap "jauh" dalam pembicaraan yang berusaha untuk mengakhiri kebuntuan atas program nuklir Teheran.

"Ini menjadi jelas bahwa posisi (dari negara kuat dunia) dan Iran tetap berjauhan pada substansi," kata Ashton kepada wartawan pada konferensi pers.

Wakil Menlu Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kedua pihak telah gagal menemukan "saling pengertian", dan waktu dan tempat untuk pembicaraan selanjutnya tetap harus disepakati, dalam komentar yang dikutip oleh kantor berita Rusia.

Ashton menegaskan bahwa kedua pihak belum menyepakati tanggal dan lokasi pertemuan berikutnya antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman yang secara kolektif dikenal sebagai P5 +1.

"Kami telah sepakat bahwa karena itu semua pihak akan kembali ke ibu kota (mereka) untuk mengevaluasi di mana sikap kita dalam proses ini," kata Ashton.

"Saya akan berhubungan dengan (kepala negosiator Iran Saeed) Jalili dalam rangka mengupayakan bagaimana untuk maju."

Ashton mengatakan kedua pihak telah melakukan "diskusi panjang dan intensif" lebih dari dua hari di kota Kazakhstan Almaty, demikian AFP.
(H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013