Shanghai (ANTARA) - Perusahaan China CellX berhasil mengembangkan daging dari sel-sel hewan di laboratorium dan berencana menjual produknya di Amerika Serikat.

Di sebuah kawasan industri di pinggiran Kota Shanghai pada Rabu, mereka menggelar uji rasa daging yang mereka kembangkan di laboratorium.

Mereka menyajikan sate dan tahu isi daging cincang kepada para pejabat pemerintah, investor dan media yang menghadiri acara itu.

CellX mengatakan biaya produksi setiap hidangan daging yang disajikan kurang dari 100 yuan (sekitar Rp211.000).

"Biaya produksi kami sekitar 100 dolar AS (setara Rp1,5 juta) per 500 gram, tetapi ketika kami meluncurkannya dua atau tiga tahun lagi, biayanya bisa 10 kali lebih murah," kata CEO CellX Ziliang Yang.

Perusahaan yang didirikan pada 2020 itu adalah salah satu perintis dalam pembuatan daging yang dikembangkan di laboratorium di China. Ada beberapa perusahaan lain yang juga mengembangkan produk tersebut.

Mereka bersaing dengan perusahaan-perusahaan di luar negeri untuk mengembangkan secara komersial produk daging dan ikan buatan laboratorium.

Sasaran mereka adalah konsumen yang peduli dengan dampak yang ditimbulkan oleh peternakan terhadap lingkungan. Peternakan adalah salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia.

CellX pekan ini membuka pabrik perintis di Shanghai yang mampu memproduksi "sekian ton" daging hasil budidaya per tahun, kata Yang.

Pabrik komersial dijadwalkan akan dibangun pada 2025 dengan kapasitas produksi ratusan ton daging per tahun.

Dibandingkan biaya produksi daging buatan itu pada 2013 yang mencapai 330.000 dolar AS per 500 gram, biaya 100 dolar adalah kemajuan yang signifikan.

Namun, biaya sebesar itu masih jauh lebih mahal dibandingkan produk daging tradisional.

Agar bisa bersaing, harga daging buatan harus mencapai 2,92 dolar AS (sekitar Rp44.000) per 500 gram, menurut Leticia Goncalves, seorang eksekutif di Archer-Daniels-Midland, yang berinvestasi pada perusahaan-perusahaan daging budidaya.

CellX tahun ini akan mengajukan izin penjualan di Singapura dan AS dengan harapan pada 2025 bisa mulai menjual produknya, terutama ke restoran-restoran, kata Yang.

Sebetulnya, China adalah pasar menarik bagi daging budidaya karena masyarakatnya mengonsumsi lebih banyak daging daripada penduduk negara lain. Pada 2021, konsumsi daging di China mencapai hampir 100 juta ton.

Namun, belum ada tanda-tanda apakah pemerintahnya akan menyetujui daging buatan lab dapat dikonsumsi manusia.

Meski demikian, China masih menjanjikan sebagai basis produksi daging budidaya dengan biaya rendah, kata Yang.

Di China, harga bioreactor, tempat daging ditumbuhkan, jauh lebih murah daripada di AS atau Eropa.

Pemerintah juga telah memberikan banyak insentif kepada pelaku industri di sektor itu karena daging budidaya termasuk dalam rencana lima tahunan Kementerian Pertanian China tahun lalu.

"Pada akhirnya, berproduksi di China berarti memiliki infrastruktur dengan biaya relatif lebih rendah dan ini adalah keunggulan yang penting," kata Yang.

Sumber: Reuters

Baca juga: "Chicken bites" hasil budidaya lab mulai dijual di Singapura
Baca juga: AS setujui penjualan daging rekayasa laboratorium kepada konsumen


 

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023