Jakarta (ANTARA) - Pada akhir April, salju mulai mencair di Heihe yang terletak di Provinsi Heilongjiang, provinsi paling timur laut di China. Petani kedelai bernama Li Fuqiang pun bergegas untuk mulai menggarap lahannya untuk penanaman kedelai pada musim semi dengan penuh semangat.

Xinhua yang dikutip di Jakarta, Jumat, menyatakan, dalam setengah bulan berikutnya, Li dan timnya di sebuah koperasi pertanian setempat akan berpacu dengan waktu, bekerja sekitar 15 jam sehari, untuk menanam kedelai di lahan seluas sekitar 160.000 mu (1 mu = 0,06 Hektare).

Heilongjiang dikenal sebagai lumbung biji-bijian China dan dia sendiri memiliki lebih dari 20 juta mu area penghasil kedelai. Output kedelai di kota ini pada 2023 mencapai 2,6 miliar kg dan mempertahankan peringkat pertama di China, menyumbang sepertujuh dari total produksi kedelai di negara tersebut.

Li dan empat mitranya mendirikan koperasi pertanian pada 2012 guna mengontrak lahan pertanian milik lebih dari 1.200 rumah tangga pedesaan untuk penanaman kedelai. Pertanian inkorporatif ini mewujudkan pertanian termekanisasi seluruh proses mulai dari penaburan musim semi hingga panen musim gugur.

Pendekatan pertanian kedelai yang modern dan berskala besar semacam itu mendapat pujian dari pemerintah setempat, yang kemudian menganugerahkan gelar "Raja Kedelai" kepada Li.

Dengan meningkatnya permintaan masyarakat China terhadap makanan sehat, kedelai yang kaya kandungan isoflavon dan lesitin semakin diterima sebagai makanan bergizi.

Pada 2023, China mengimpor 160 juta ton biji-bijian, dengan kedelai menyumbang bagian terbesar. Peneliti di Institut Pembangunan Pedesaan di bawah Akademi Ilmu Sosial China, Li Guoxiang, mengatakan bahwa pasokan kedelai China sangat bergantung pada impor, dan sangat penting untuk menjadikan perluasan penanaman kedelai sebagai prioritas kebijakan.

Menurut Kementerian Pertanian dan Pedesaan China, negara tersebut akan terus memperluas area tanam kedelai hingga di atas 150 juta mu tahun ini. Pemerintah akan mendukung daerah China timur laut untuk mengembangkan seluruh rantai industri pengolahan kedelai dan berbagai produk pertanian terkait kedelai.

Sejumlah institut penelitian, seperti Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian China, termotivasi untuk membantu penyediaan varietas kedelai berkualitas tinggi.

Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian Heilongjiang akan memperkenalkan sebuah varietas kedelai baru yang telah direkayasa secara genetik ke pasar tahun ini. Ren Honglei, peneliti asosiasi di akademi tersebut, mengatakan galur (strain) baru ini terbukti meraup hasil panen sebesar 300 kg per mu dengan kandungan protein benih melampaui 42 persen dan kandungan minyak melampaui 23 persen.

Kota Heihe juga secara aktif mengembangkan berbagai industri yang terkait dengan kedelai, mulai dari makanan beraroma kedelai seperti es krim, pasta, tempe, daging dan minuman vegetarian hingga produk farmasi, tekstil, dan produk kimia yang mengandung kedelai. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2024