Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan mengupayakan percepatan ketersediaan perawat spesialis onkologi di Indonesia guna mendukung pelayanan onkologi berjalan maksimal.
 
"Karena kita tidak mau semakin banyak orang pergi ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan onkologi dan kalau mereka bisa dirawat di sini tentu banyak masyarakat Indonesia yang bisa kita bantu," kata Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan Arianti Anaya di Jakarta, Jumat.
 
Menurut Arianti, percepatan ketersediaan perawat spesialis onkologi juga diperlukan mengingat angka kasus kanker yang tinggi di Indonesia. Dia menyebut terdapat sekitar 340.000 kasus kanker baru di Indonesia sehingga peningkatan jumlah tenaga kesehatan menjadi penting demi mendukung program Pemerintah untuk mencegah sekaligus mengobati pasien kanker.
 
"Program penanganan kanker kita mulai bukan saja kuratif, tetapi, juga promotif melalui vaksinasi, dengan meningkatnya dokter onkologi yang sekarang kita pacu, tentunya juga harus dilakukan dengan peningkatan tenaga-tenaga kesehatan lainnya," kata Arianti menjelaskan.

Baca juga: Peningkatan kapasitas perawat onkologi untuk tangani kanker lebih baik
 
Arianti mengapresiasi kemitraan multipihak publik dan swasta yakni Pusat Kanker Nasional Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), Himpunan Perawat Onkologi Indonesia (HIMPONI) dan Roche Indonesia sejak tahun 2021 untuk penguatan kompetensi tenaga perawat onkologi.
 
Kemitraan itu menghasilkan 125 perawat bersertifikat keperawatan onkologi dasar dan 25 pelatih bersertifikat ToT Basic Oncology Nursing Training, serta 56 orang perawat penerima beasiswa spesialis keperawatan onkologi. Empat orang diantaranya telah menyelesaikan pendidikan spesialis Keperawatan Onkologi di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia pada akhir Juli 2023.
 
Kemitraan yang sama kemudian diperluas dengan melibatkan Fakultas Kedokteran, Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat (FKKMK) Universitas Gadjah Mada untuk membuka program studi spesialis keperawatan onkologi di UGM.
 
"MoU ini sangat baik karena kita bermitra dengan swasta, tidak bisa lagi semua dilakukan Pemerintah. Kerja sama dengan swasta itu penting dan kalau lihat di negara lain swasta-swasta ini perannya jauh lebih besar dari Pemerintah," kata Arianti.

Baca juga: Kolaborasi multi-pihak guna tingkatkan tenaga perawat onkologi
 
Senada dengan Arianti, Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UI Agus Setiawan juga berpendapat percepatan penyediaan tenaga perawat spesialis onkologi sebagai mitra strategis dokter menjadi hal penting.
 
Menurut dia, program studi perawat spesialis onkologi di UI merupakan yang pertama dan untuk saat ini dan masih satu-satunya di Indonesia. Kehadiran program studi spesialis keperawatan onkologi di FKKMK UGM akan dapat mencetak lebih banyak tenaga spesialis perawat onkologi yang berkualitas.
 
Sementara itu, masih dalam kesempatan yang sama, Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKKMK UGM Ahmad Hamim Sadewa menyatakan dibukanya Program Studi Spesialis Keperawatan Onkologi menjadi sebuah langkah penting, baik untuk keilmuan maupun dalam menjawab kebutuhan aktual tenaga kesehatan di Indonesia.
 
Kehadiran program Studi Spesialis Keperawatan Onkologi di FKKMK UGM merupakan bagian dari peningkatan kapasitas perawat onkologi dalam jangka panjang yang bertujuan mendorong tercetaknya perawat spesialis dalam bidang pelayanan kanker di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga ke Indonesia Timur. Program itu diharapkan resmi menerima mahasiswa pada tahun 2025 mendatang.

Baca juga: Ahli onkologi soroti peran navigator pasien dalam pengobatan kanker

Baca juga: Ketua DPR: Pengesahan RUU Kesehatan meningkatkan hak tenaga kesehatan

Baca juga: Pakar: Kekurangan tenaga kesehatan jadi masalah dunia, termasuk RI
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023