Kasus DBD di Kota Pontianak mengalami lonjakan. Data Dinkes Kota Pontianak mulai dari Januari 2023 hingga saat ini tercatat 65 kasus. Dari data tersebut, kasus DBD terbanyak ada di wilayah Kecamatan Pontianak
Pontianak (ANTARA) - Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar), Edi Rusdi Kamtono, menginstruksikan Kepala Dinkes Kota Pontianak maupun Direktur RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie untuk siaga mengantisipasi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Kasus DBD di Kota Pontianak mengalami lonjakan. Data Dinkes Kota Pontianak mulai dari Januari 2023 hingga saat ini tercatat 65 kasus. Dari data tersebut, kasus DBD terbanyak ada di wilayah Kecamatan Pontianak Kota. Bagi yang memiliki gejala DBD, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat, supaya pengobatannya lebih cepat," ujarnya di Pontianak, Sabtu.

Selain itu, lanjutnya lagi, RT (Rukun Tetangga) dan lurah setempat segera berkoordinasi dengan puskesmas terdekat untuk melakukan penyemprotan atau fogging guna menekan penyebaran DBD.

"Saya minta petugas puskesmas maupun Dinas Kesehatan secara rutin melakukan fogging di wilayah-wilayah terjadinya wabah DBD," ungkapnya.

DBD adalah penyakit yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang muncul lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya sehingga menyebabkan sarang nyamuk.

Baca juga: 19 orang di Kalimantan Barat meninggal akibat Demam Berdarah

Oleh sebab itu Edi mengimbau masyarakat senantiasa menjaga kebersihan lingkungan masing-masing. "Bersihkan lingkungan sekitar. Jangan biarkan wadah penampung air menjadi sarang nyamuk. Intinya, jangan sampai nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di air yang tergenang," imbuhnya.

Sementara itu Kadinkes Kota Pontianak Saptiko menerangkan pihaknya sudah melakukan langkah-langkah mengantisipasi lonjakan kasus DBD, antara lain fogging di lingkungan permukiman dan sekolah-sekolah, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), hingga penyelidikan epidemiologi oleh UPT Puskesmas Karya Mulia.

"Kami langsung bergerak mengambil langkah-langkah antisipasi, baik itu fogging, memberantas sarang nyamuk, hingga menyiagakan petugas tenaga kesehatan di faskes-faskes yang ada," sebut Saptiko. Selain itu pihaknya juga menabur bubuk Abate, sekaligus melakukan sosialisasi pada masyarakat.

Saptiko melanjutkan kasus DBD bisa terjadi dimana saja, bahkan di tempat bersih sekalipun DBD  dapat mengintai. Kebanyakan kasus DBD ini memang ditemukan pada anak-anak, sehingga orang tua diminta mengecek lingkungan tempat tinggal mereka. Apabila terdapat tempat perkembangbiakan nyamuk segera dibersihkan.

"Kaleng-kaleng yang menjadi tempat penampungan air sebaiknya dibersihkan atau ditimbun. Sebab dari sini nyamuk dapat berkembang biak. Para anak disarankan juga dapat menggunakan minyak serai atau lotion anti nyamuk, baik ketika berada di rumah maupun di sekolah," katanya.

Baca juga: Pasien DBD di Pontianak Membludak, RS Kewalahan
Baca juga: Kemenkes jadikan wolbachia topik utama "Asean Dengue Day" 2023
Baca juga: Kemenkes ajak sekolah dan siswa berperan cegah DBD


 

Pewarta: Dedi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023