Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI memfasilitasi alat sprirometri di setiap fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas untuk menilai fungsi paru-paru di tengah ancaman sejumlah penyakit akibat udara kotor perkotaan.

"Yang kami persiapkan nomor satu adalah deteksinya, jadi di setiap Puskesmas ada," kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin usai menghadiri acara Penganugerahan Tenaga Kesehatan Teladan 2023 di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Pakar Pulmunologi sarankan pengentasan polusi adopsi kebijakan India

Baca juga: Selasa, kualitas udara Jakarta berkategori tidak sehat


Ia mengatakan alat tes untuk menilai fungsi paru-paru tersebut disiapkan di seluruh Puskesmas di daerah yang mengalami polusi udara tinggi.

Fungsi monitoring tersebut, merupakan peran Kementerian Kesehatan yang diarahkan oleh Presiden RI Joko Widodo.

"Kemenkes kan lebih di hilir. Kami tangani akibatnya, kami tidak bisa tangani sebabnya, karena itu di kementerian lain," katanya.

Budi mengatakan sprirometri dapat mendeteksi sejumlah permasalahan paru-paru yang dipicu udara kotor, seperti asma, tuberkulosis, kanker paru, dan paru obsurpsi kronis.

Menurut Budi, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp10 triliun lebih untuk merespons kejadian tersebut.

Selain itu, kata Budi, Kemenkes juga menyiagakan peralatan sanitarian untuk menjaga kesehatan masyarakat dari sisi lingkungan.

Baca juga: Walhi: Pemprov Jakarta lamban tangani polusi udara

"Ada juga sanitarian kit kami siapkan, kemudian kalau polusinya tinggi, kami kasih edukasinya, kerja sama dengan lembaga sosial masyarakat supaya udaranya seperti apa," katanya.

Berdasarkan data Indeks Kualitas Udara (AQI) Air, indeks kualitas polusi udara di Jakarta sudah masuk kategori tidak sehat, bahkan sempat menduduki peringkat kedua negara dengan kadar udara di dunia pada 178 AQI.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023