Jakarta (ANTARA) - Co-founder platform diskusi Tumbuh Makna Benny Sufami mengatakan Indonesia memiliki peluang investasi yang baik di tengah tekanan situasi perekonomian global.

Hal itu seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2023 yang mencapai 5,17 persen ketika negara-negara lain menghadapi hambatan. Selain itu, inflasi juga berhasil ditekan ke level 3,08 persen (year-on-year/yoy).

“Itu sudah cukup bagus bagi ekonomi domestik kita. Jadi, ada peluang investasi yang sangat menarik. Kami melihat ada peluang di pasar saham dan pasar obligasi,” kata Benny dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Dia optimis pasar obligasi akan menunjukkan tren peningkatan yang bisa dimanfaatkan oleh investor. Proyeksi tersebut mengacu pada kinerja Surat Utang Negara (SUN) seri 10 tahun yang saat ini memiliki posisi imbal hasil 6,3 persen.

Baca juga: OJK bidik penghimpunan dana di pasar modal capai Rp200 triliun di 2023

Tumbuh Makna memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan tingkat suku bunga pada awal 2023. Dengan begitu, SUN seri 10 tahun diprediksi dapat mencapai posisi 6,1 persen.

“Ke depan, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup terjaga di atas 5 persen, bahkan walaupun turun ke 4,8 persen, kami masih melihat peluang investasi, khususnya di ekuitas dan obligasi,” jelas Benny.

Namun, Benny mengatakan pergerakan yang lebih positif baru akan terjadi mulai semester II mendatang. Sementara saat ini, pasar modal Indonesia masih menunjukkan pergerakan stagnan yang tercermin pada tren Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Adapun di semester II, Tumbuh Makna melihat peluang naiknya IHSG sangat terbuka.

​​​​​​Sejumlah faktor yang memengaruhi peluang tersebut adalah penurunan harga komoditas yang terbatas, kegiatan domestik yang disinyalir akan meningkat, inflasi yang cukup terkendali, dan kenaikan suku bunga yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya.

Baca juga: Realisasi investasi di Indonesia Rp128,5 triliun

Selain itu, tahun politik umumnya memberikan dampak yang positif terhadap IHSG. Tumbuh Makna melihat adanya tren peningkatan IHSG sejak enam bulan sebelum diadakannya Pemilu pada masa tahun politik sebelumnya.

“Pada 2014, enam bulan sebelum pemilu IHSG naik 19,6 persen. Pada 2019 pun naik 11,7 persen. Memang tidak ada jaminan ini akan berulang, tapi polanya seperti itu. Untuk itu, kami optimistis semester II ini IHSG bisa mengalami kenaikan,” ujar Benny.

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023