Jakarta (ANTARA) - Kantor Staf Presiden (KSP) mengungkapkan bahwa panggilan "Pak Lurah", yang kerap ditujukan kepada Presiden Joko Widodo, merupakan sapaan khusus dari para relawan untuk memperlihatkan kedekatan dengan suasana yang jauh dari formalitas.

"Lurah itu sering dipakai oleh teman-teman relawan untuk mengidentikkan Pak Jokowi karena beliau pemimpin yang tidak berjarak," kata Tenaga Ahli Utama KSP Joanes Joko saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Menurut Joko, Jokowi juga memiliki panggilan khusus lain, yakni "Pakde". Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pakde merupakan akronim dari bapak gede, yang dapat diartikan juga sebagai sapaan kakak laki-laki dari ibu atau ayah.

"Itu kode para relawan untuk memosisikan kedekatan Pak Jokowi dengan relawan," tambah Joko.

Baca juga: Muzani: Jangan bawa-bawa Jokowi soal restu koalisi

Meskipun demikian, panggilan "Pak Lurah" saat ini dipakai oleh para pemimpin partai politik menjelang Pemilu 2024. Joko mengatakan panggilan tersebut seolah-olah digunakan untuk menjawab pertanyaan soal siapa bakal calon presiden (capres) atau bakal calon wakil presiden (cawapres) dari partai tertentu.

"Ketika sekarang istilah itu dipakai oleh para pemimpin parpol lainnya dan segala macam di percakapan-percakapan itu, kan Presiden (Jokowi) monitor. Itu seolah-olah semua itu harus restu dari 'Pak Lurah'," tambahnya.

Oleh karena itu, menurut Joko, Jokowi ingin menegaskan bahwa dirinya bukan "Pak Lurah" dalam konteks cawe-cawe soal bakal capres dan cawapres Pemilu 2024.

"Ini kan kita sama-sama tafsir, ya, tapi kami melihat di KSP, kalau yang dipakai seperti itu, 'Saya bukan lurah, saya presiden yang lebih tinggi'," tegasnya.

Joko pun menilai Jokowi adalah seorang presiden yang memimpin dan bertanggung jawab terhadap masyarakat Indonesia. Sehingga, dalam politik nasional, Jokowi harus berada pada posisi netral.

"Berpikirnya bukan masalah politik elektoral, tapi politik kebangsaan," ujar Joko.

Baca juga: Surya Paloh nilai pernyataan Jokowi soal "Pak Lurah" sebagai candaan

Dalam Pidato Kenegaraan Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2023 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu, Jokowi mengatakan dirinya mengetahui kerap disebut sebagai "Pak Lurah" dan dijadikan sebagai tameng oleh sejumlah pihak yang berkepentingan politik menjelang Pilpres 2024.

"Kita saat ini sudah memasuki tahun politik. Suasananya sudah hangat-hangat kuku dan sedang tren ini di kalangan politisi dan parpol. Setiap ditanya soal siapa capres, cawapresnya, jawabannya 'Belum ada arahan (dari) Pak Lurah'," kata Jokowi.

Dia pun sempat berpikir siapa yang dimaksud dengan sebutan "Pak Lurah" tersebut. Jokowi lalu menegaskan bahwa dirinya bukan "Pak Lurah", melainkan presiden Republik Indonesia.

Dia menegaskan pula bahwa dia bukanlah ketua umum suatu partai politik, sehingga penentuan capres dan cawapres bukan merupakan kewenangan darinya.

Baca juga: Jokowi tahu kerap disebut "Pak Lurah" dan jadi tameng Pilpres 2024

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023