Lhanzhou (ANTARA) - Tim peneliti China telah membuat kemajuan yang signifikan dalam studi tentang mekanisme umpan balik antara aerosol debu dan cuaca debu.

Penelitian tersebut sangat penting dalam membantu upaya pencegahan dan pengendalian badai debu, menurut Universitas Lanzhou.

Studi itu memberikan dukungan kuat bagi pemahaman yang lebih komprehensif tentang mekanisme umpan balik cuaca debu, menyempurnakan perkiraan debu dan kemampuan pengendalian debu, kata Chen Siyu, pemimpin studi tersebut sekaligus profesor di Fakultas Ilmu Atmosfer Universitas Lanzhou.

Debu merupakan komponen utama aerosol atmosfer, menyumbangkan 75 persen dari muatan massa aerosol global dan 25 persen dari kedalaman optik aerosol global.

Badai debu yang sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir memicu meningkatnya kekhawatiran di kalangan masyarakat dan komunitas ilmiah terkait masalah debu.

Para peneliti dari tim tersebut melakukan studi tentang kasus badai debu yang terjadi pada Mei 2019, dengan menggunakan model penelitian dan prakiraan cuaca yang digabungkan dengan kimia (WRF-Chem), serta data pengindraan jauh satelit dan data observasi lapangan.

Hasilnya menunjukkan bahwa umpan balik radiatif debu menghasilkan perpindahan momentum ke arah bawah dan mendinginkan bagian timur laut Mongolia dengan memengaruhi angin zonal dan adveksi suhu.

Lebih lanjut, level debu yang kuat bertahan dan terus menyebabkan konsentrasi debu yang tinggi di China utara melalui angin barat.

Studi tersebut mengeksplorasi bagaimana umpan balik radiatif debu di Gurun Gobi dapat mengintensifkan siklon Mongolia dan memberikan referensi ilmiah untuk studi-studi terkait, ujar Chen.

Hasil studi itu telah dipublikasikan dalam jurnal npj Climate and Atmospheric Science.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023