Shanghai (ANTARA) - Seorang pengemudi di Shanghai, Zhu Zimin bekerja hingga 15 jam per hari untuk mendapatkan penghasilan yang sama dengan yang dihasilkannya selama beberapa bulan lalu dengan bekerja selama sif reguler.

Zhu Zimin melakukan ini dalam rangka berkompetisi dengan semakin meningkatnya jumlah pengemudi di industri penyedia transportasi daring.

Zhu yang membawa pulang 400-600 yuan (Rp840 ribu - Rp1,26 juta) dalam sehari setelah membawa penumpang dari waktu fajar hingga larut malam, menyatakan dia tidak bisa mengambil satu hari libur pun kurun tiga bulan sebelumnya tahun ini.

"Saya sampai rumah saat tengah malam, saya mandi dan kemudian pergi tidur. Saya tidak punya waktu luang. Anak-anak saya semakin tua, orang tua saya semakin tua, jadi keluarga saya perlu uang," katanya di balik kemudi.

Pemulihan lemah pascapandemi yang dialami China serta catatan jumlah pengangguran usia muda di negara tersebut membuat semakin banyak orang yang bekerja di sektor transportasi daring.

Itu membuat pasar tenaga kerja sektor tersebut dibanjiri banyak peminat dan mengikis penghasilan dari sebanyak 5,8 juta pengemudi yang teregistrasi melalui aplikasi sejenisnya.

Pada Selasa (15/8), serangkaian data menyoroti bagaimana kinerja negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah melambat lebih lanjut pada Juli, sehingga memberikan tekanan pada pertumbuhan yang sudah goyah.

Sekitar 400.000 orang memulai pekerjaan mengemudi di perusahaan penyedia transportasi daring di China antara akhir April dan akhir Juli, kata media resmi, dengan merujuk kepada data yang disediakan dari Kementerian Transportasi.

Analis melihat peningkatan lebih dari 7 persen dalam jumlah pengemudi ini sebagai perwujudan dari melemahnya pasar kerja.

Pendapatan rata-rata karyawan di Shanghai adalah sekitar 525 yuan (Rp1,1 juta) sehari, menurut data dari pemerintah kota, selaras dengan apa yang dihasilkan sebagian besar pengemudi dengan jam kerja lebih lama daripada pekerja kantoran.

"Penurunan lingkungan sosial-ekonomi menyebabkan pengurangan kesempatan kerja dan masuknya tenaga kerja ke dalam industri transportasi daring," kata Wang Ke, seorang analis industri otomotif dan perjalanan di Analysys, sebuah perusahaan riset pasar.

"Semakin banyak orang yang menganggur membuat industri transportasi daring menjadi pilihan pertama mereka," katanya, menambahkan.

China memiliki lebih dari 300 aplikasi transportasi daring, yang menyumbang lebih dari 40 persen dari total perjalanan taksi tahun lalu, menurut laporan media pemerintah.

Kota-kota termasuk Shanghai, Sanya dan Changsha telah menangguhkan penerbitan izin naik kendaraan baru.

Sedikitnya empat kota lainnya telah mengeluarkan peringatan kelebihan kapasitas, dengan beberapa mengatakan itu mengakibatkan pengemudi mendapatkan kurang dari 10 pesanan sehari.

"Karena ekonomi tidak berjalan dengan baik, banyak pekerja yang di-PHK dan mulai mengemudikan kendaraan. Kebanyakan dari mereka berusia 20-30 tahun," kata James Cai yang berusia 33 tahun dari Haikou, ibu kota pulau Hainan dan merupakan salah satu kota yang memperingatkan akan terlalu banyak pengemudi transportasi daring.

Cai mengatakan dia mendapat 200-300 yuan (Rp420-630 ribu) sehari, mengemudi untuk Didi Global - padanan China untuk Uber - dari jam 8 pagi sampai hampir tengah malam.

Hingga baru-baru ini, dia menghasilkan 400 yuan (Rp840 ribu) sehari plus bonus, dan pulang sebelum jam 8 malam.

"Pekerjaan ini tidak berhasil," tambahnya.

Didi tidak menanggapi surel pertanyaan tentang nomor pengemudi, gaji, dan kebijakan pembatasan terbaru di beberapa kota.

Wang, dari Analysys, mengharapkan adanya "koreksi diri" dari sisi pasar karena beberapa pengemudi keluar dari pekerjaannya.

Nanxun Li, pengemudi Haikou lainnya, menjual mobilnya bulan lalu dan berhenti dari pekerjaannya selama 10 tahun, setelah penghasilannya turun menjadi 300-400 yuan (Rp630-840 ribu) per hari dari 1.000 yuan (Rp2,1 juta) ketika dia pertama kali memulai.

"Semakin sukar untuk memenuhi kebutuhan," kata Li.

Namun, bahkan dengan pengemudi yang lebih sedikit, mencari nafkah kemungkinan akan menjadi lebih sulit bagi banyak orang karena China memasuki era pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih lambat, kata para ekonom.

Lebih dari 21 persen pemuda China menganggur per Juni. Biro statistik China pada Selasa (15/8) menyatakan bahwa pihaknya akan berhenti merilis data kaum muda yang menganggur, yang memicu kemarahan publik.

Pengemudi di Shanghai, Li Weimin memberikan alasannya untuk tetap bekerja, yang menggarisbawahi kondisi pasar kerja yang semakin menyusut.

"Saya tidak makan pada siang hari, dan saya hanya makan satu kali setelah sampai di rumah pada malam hari," kata pria berusia 45 tahun itu, yang mengemudi dari pukul 06:30 pagi hingga 01:00 dini hari dengan membawa pulang sekitar 500 yuan (Rp1,05 juta).

"Namun, saya harus bertahan, karena tidak ada pekerjaan lain," tuturnya.

Sumber: Reuters
Baca juga: China miliki 318 perusahaan taksi daring per akhir Juni 2023
Baca juga: Taksi daring terbesar China hilang dari App Store
Baca juga: Perusahaan taksi daring di China naik jadi 309

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023