Biasanya malah sampai semester I masih surplus, tahun 2011 seperti itu. Tahun 2002 (defisit) memang lebih cepat,"
Jakarta (ANTARA News) - Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan defisit anggaran yang tercatat sebesar Rp17,9 triliun hingga akhir Maret 2013, di luar perkiraan karena biasanya pada periode yang sama terjadi surplus.

"Biasanya malah sampai semester I masih surplus, tahun 2011 seperti itu. Tahun 2002 (defisit) memang lebih cepat," ujarnya di Jakarta, Kamis.

Bambang memperkirakan salah satu penyebab terjadinya defisit anggaran tersebut, karena mulai terjadi kelebihan realisasi belanja subsidi BBM dan penerimaan pajak yang tidak sesuai harapan.

"Ini kan kombinasi dengan penerimaan pajak yang belum sesuai target, tapi biasanya yang menentukan defisitnya cepat itu BBM," ujarnya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, hingga 28 Maret 2013, telah terjadi defisit anggaran sebesar Rp17,9 triliun atau 11,7 persen dari target APBN sebesar Rp153,3 triliun atau 1,65 persen dari PDB.

Defisit anggaran tersebut berasal dari pendapatan negara dan hibah yang telah mencapai Rp254 triliun atau 16,6 persen dari target Rp1.529,7 triliun dan belanja negara sebesar Rp271,9 triliun atau 16,2 persen dari pagu Rp1.683 triliun.

Realisasi penerimaan perpajakan telah mencapai Rp220,5 triliun atau 18,5 persen dari target Rp1.193 triliun dan penerimaan negara bukan pajak yang mencapai Rp33,3 triliun atau 10 persen dari target Rp332,2 triliun.

Penerimaan pajak dalam negeri mencapai Rp210,3 triliun atau 18,5 persen dari target Rp1.134,3 triliun dan penerimaan pajak perdagangan internasional mencapai Rp10,2 triliun atau 17,4 persen dari target Rp58,7 triliun.

Penerimaan pajak penghasilan mencapai Rp108,7 triliun atau 18,6 persen dari target Rp584,9 triliun dan penerimaan pajak pertambahan nilai Rp76,2 triliun atau 18 persen dari target Rp423,7 triliun.

Sedangkan realisasi belanja pegawai mencapai Rp50,9 triliun atau 21,1 persen dari pagu Rp241,6 triliun, belanja barang Rp12,4 triliun atau 6,2 persen dari pagu Rp200,7 triliun dan belanja modal Rp10,4 triliun atau 5,6 persen dari pagu Rp184,4 triliun.

Penyerapan belanja subsidi energi telah mencapai Rp23,5 triliun atau 8,6 persen dari pagu Rp274,7 triliun yang terdiri atas subsidi BBM Rp3,5 triliun atau 1,8 persen dari pagu Rp193,8 triliun dan subsidi listrik Rp20 triliun atau 24,7 persen dari pagu Rp80,9 triliun.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pemerintah akan terus menjaga defisit anggaran dibawah tiga persen agar kondisi fiskal tetap sehat, meskipun potensi kelebihan beban belanja subsidi sangat besar pada tahun ini.

Untuk itu, ia mengharapkan pengendalian konsumsi BBM bersubsidi dapat dilakukan secara efektif, karena apabila kelebihan belanja subsidi tidak diatasi, maka pemotongan anggaran belanja modal maupun barang harus dilakukan.

"Kalau sampai membahayakan defisitnya melampaui tiga persen, kita akan memotong belanja baik belanja modal dan belanja barang," ujarnya.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013