Malang (ANTARA) - Universitas Brawijaya (UB) menambah empat guru besar di bidang ilmu berbeda yang dikukuhkan selama dua hari berturut-turut, Minggu dan Senin (20-21/3) di kampus setempat.

Dalam konferensi pers di kampus UB di Malang, Jawa Timur, Jumat, disebutkan keempat guru besar yang dikukuhkan tersebut, dua orang dikukuhkan pada Minggu (20/8), yakni Prof. Imam Kuswahyono sebagai guru besar Bidang Ilmu Hukum dan Prof. Dr.Sudarminto Setyo Yuwono sebagai guru besar Bidang Ilmu Keteknikan Pengolahan Pangan.

Prof. Imam Kuswahyono dikukuhkan sebagai profesor ke-9 di FH dan profesor aktif ke-176 UB, sedangkan Prof Sudarminto sebagai guru besar ke-10 di FTP dan ke-177 di UB.

Sementara dua guru besar lainnya, yakni Prof. Dr. Eng. Denny Widhiyanuriyawan dan Prof. Dr. Eng.Nurkholis Hamidi sebagai guru besar Bidang Energi Baru Terbarukan dikukuhkan pada Senin (21/8). Prof Denny menjadi guru besar ke-19 Fakultas Teknik (FT) dan ke-178 di UB, sementara Prof Nurkholis menjadi guru besar ke-20 FT dan 179 UB.

Dalam pidato ilmiah pengukuhannya, Prof Imam menyoroti pengaturan pengelolaan barang (aset) milik negara, termasuk ketiadaan mekanisme tentang pengelolaan dan penyelesaian sengketanya.

"Model pengaturan berbasis Pancasila yang mengelaborasi politik hukum Pancasila ke dalam Undang-undang yang mengatur pengelolaan barang milik negara dengan prinsip pemanfaatan terbaik yang berorientasi pada kemakmuran rakyat," ucapnya.

Untuk mewujudkannya, kata Prof Imam, harus dibentuk Badan Manajemen Aset Negara dan Pengadilan Agraria sebagai peradilan khusus.

Sedangkan Prof Sudarminto menyoroti rendemen industri tahu yang dipengaruhi dengan harga kedelai. Kualitas tahu yang dihasilkan tergantung pada harga kedelai maupun jenis kedelai, lokal atau impor.

Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan dua srikandi FT sebagai profesor

"Protein dalam tahu jauh lebih tinggi jika menggunakan kedelai lokal daripada kedelai impor. Untuk mempertahankan kualitas dan tingkat kekenyalan tahu, saya menawarkan penggunaan whey sebagai koagulan," kata Prof. Sudarminto.

Model ini, katanya, dikembangkan berdasarkan pada kajian komprehensif di industri tahu. Dari sekitar 15 variabel proses, hanya tujuh yang cukup dominan.

Prof.Denny dalam pidato ilmiah yang disampaikan pada Senin (21/8) menyampaikan bahwa dalam penelitiannya ia mencoba mengeksplorasi data satelit untuk memetakan potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia, seperti angin.

Ia mengatakan berdasarkan hasil kajian yang dilakukannya, pengindraan jauh dari satelit QuikScat, potensi angin di perairan Indonesia maupun windsat di beberapa wilayah selatan Sumatera, Jawa dan selatan Papua mempunyai potensi kecepatan 6-12 m/s.

Sementara Prof. Nurkholis mengenalkan penggunaan Fame Catalytic Cracking dan E-CNT Additive untuk peningkatan kualitas biodiesel.

"Sumber energi dunia saat ini masih didominasi bahan bakar fosil.Sumber energi ini berkontribusi terhadap permasalahan lingkungan dan ketersediaannya terus menipis, senhingga perlu dan menjadi sebuah keniscayaan untuk mencari alternatif sumber energi baru atau energi baru terbarukan," ucapnya.

Baca juga: Dewan profesor Universitas Brawijaya bahas karakter Ke-Brawijaya

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023