Malang (ANTARA) - Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan empat profesor bidang ilmu berbeda dari dua fakultas kampus yakni Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan (FPIK) dan Fakultas Teknik (FT).

Keempat profesor yang akan dikukuhkan pada Kamis (7/12) di Gedung Samantha Krida kampus UB itu adalah Prof Dr Anik Martinah Hariati, Prof Dr Eng Donny Herususeno, Prof Dr Femiana Gapsari Madhi Fitri, dan Prof Dr Slamet Wahyudi.

Prof Dr Anik Martinah dari FPIK kepada wartawan di Malang, Jawa Timur, Rabu, mengemukakan penyebab utama gagalnya budi daya udang pada awal tahun 1990-an adalah akumulasi bahan organik sisa pakan yang memicu meningkatnya ammonia nitrogen.

"Untuk mengatasi ammonia nitrogen dapat menggunakan teknologi sinbiotik berbasis spora. Sinbiotik ditambahkan dalam pakan yang berfungsi menstabilkan kualitas air dan membantu sistem pencernaan," ujar Prof Anik.

Ia mengatakan penambahan sinbiotik pada sistem budi daya bioflok mampu menurunkan ammonia nitrogen dari 1,6 menjadi 0,4 mg per liter.

Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan lima profesor bidang ilmu berbeda

Sementara itu Prof Dr Donny Herususeno dari FT dalam paparannya mengatakan konsep pengelolaan pelimpasan air hujan di wilayah perkotaan saat ini masih konvensional dan mengandalkan peran fisik (saluran), yang mengalirkan limpasan sesegera mungkin ke sungai.

"Pendekatan konvensional ini tidak memiliki kemampuan adaptasi yang baik dalam mengantisipasi persediaan air, karena air hujan dianggap sebagai objek masalah dibanding sumber potensi air baku," katanya.

Oleh karena itu, pihaknya menginisiasi sistem hibrid G2l (green-grey infrastructure) yakni konsep untuk mengintegrasikan fungsi infrastruktur fisik drainase (gray infrastucture) dan lingkungan (green infrastructure) dalam penanganan limpasan.

Sementara Prof Dr Femiana Gapsari mengemukakan konsep penanganan dan pengendalian korosi dengan penambahan inhibitor yang memanfaatkan limbah organik sebagai nano filter.

Baca juga: Empat srikandi Universitas Brawijaya dikukuhkan sebagai profesor

Penggunaan teknologi nano komposit dari limbah organik (TKO) sebagai inhibitor dan pelapis anti-korosi menawarkan solusi menjanjikan. "Penggabungan TKO juga mampu memberikan performa pelapisan yang tinggi dan perlindungan korosi lebih unggul," kata Prof Femiana.

Sedangkan Prof Slamet Wahyudi memaparkan bahwa kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya, serius, dan melemahkan fungsi neurologis, gangguan perilaku psikopatologis dan emosional yang memerlukan rehabilitasi berkelanjutan.

Salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah penyakit tersebut, kata Prof Slamet, salah satunya dengan terapi hipertermia yakni teknologi microwavve ablation (TMA).

"Kelebihan TMA mampu menghasilkan suhu sangat tinggi, bahkan lebih dari 100 derajat Celsius, tidak merusak jaringan dan tidak memerlukan komponen tambahan. Sedangkan kelemahannya adalah jika antena yang dimasukkan pada sel kanker tidak optimal bisa mematikan sel-sel di luar kanker," ujarnya.

Dengan pengukuhan empat profesor baru tersebut Universitas Brawijaya telah menghasilkan 354 profesor, yang 195 diantaranya adalah profesor aktif.

Baca juga: Empat srikandi Universitas Brawijaya dikukuhkan sebagai profesor

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023