Malang (ANTARA) - Empat profesor Universitas Brawijaya (UB) yang dikukuhkan sebagai guru besar di Gedung Samantha Krida kampus UB pada Selasa (16/1) kompak membahas soal keamanan pangan dalam pidato ilmiah pengukuhannya.

Keempat profesor tersebut adalah Prof Andriani Kusumawati, Prof Dr Agustin Krisna Wardani, Prof Dr Endah Rahayu Lestari, dan Prof Dr Sucipto. Mereka dikukuhkan sebagai profesor aktif UB yang ke-202 hingga ke-205.

Prof Andriani Kusumawati kepada wartawan di kampus UB Malang, Senin, mengatakan bahwa dalam pidato ilmiahnya, dirinya mengenalkan konsep food selfie-posting citizenship behavior (FSPCB) untuk mempromosikan city branding melalui wisata gastronomi di era digital.

Gastronomi adalah proposisi nilai untuk menarik wisatawan. Oleh karena itu, peran ekstra dan sukarela dari konsumen dengan budaya food selfie posting perlu dimanfaatkan ke arah yang positif untuk mempromosikan dan memposisikan diri sebagai bagian dari city branding.

"Namun, masih sangat sedikit perhatian dalam konteks wisata gastronomi yang mengkaji food selfie-posting citizenship behavior yang berdampak positif bagi orang lain, khususnya membantu perusahaan serta tidak hanya menonjolkan sisi negatif secara individual konsumen, seperti narsisme, eksibisionisme dan self-esteem," ujarnya.

Baca juga: Empat srikandi Universitas Brawijaya dikukuhkan sebagai profesor

Baca juga: Dewan profesor Universitas Brawijaya bahas karakter Ke-Brawijayaan


Dengan menekankan value co-creation antara konsumen dan perusahaan, ia berupaya menjembatani kesenjangan itu dengan mengenalkan kolaborasi konsep food selfie-posting citizenship behavior melalui media sosial dengan konsep customer citizenship behavior pada konteks wisata gastronomi yang diberi nama FSPCB.

Sementara itu, Prof Dr Agustin Krisna Wardani mengenalkan Teknologi BioSIFAG, yaitu Teknologi Biopreservasi Berbasis Bakteriosin dan Bakteriofag.

Kelebihan dari teknologi BioSIFAG adalah alami, aman terhadap kesehatan, spesifik, dan rendah dalam menimbulkan risiko resistensi. Sedangkan kelemahannya adalah terbatasnya spektrum penghambatan terhadap bakteri target.

Sedangkan Prof Dr Endah Rahayu Lestari menyampaikan bahwa industrialisasi telah mendorong berbagai masalah lingkungan yang berkembang pesat di masyarakat.

Oleh karena itu, ia merancang Integrated Greener Strategy Model untuk mencapai kinerja berkelanjutan dengan inovasi hijau.

Inovasi hijau memiliki banyak keuntungan, yaitu memperkuat kompetensi inti perusahaan, memperoleh legitimasi, penggunaan sumberdaya secara efisien, meningkatkan reputasi perusahaan, memperbaiki kesejahteraan masyarakat, serta meningkatkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan, ujarnya.

"Namun demikian, model ini hanya dikreasi pada industri pangan, sehingga penting melakukan investigasi pada sektor lain," ujarnya.

Sementara Prof Dr Sucipto mengemukakan konsep Halalan-Thoyyiban Assurance System (HTAS) yang mengintegrasikan jaminan halal, aman, dan kualitas berbasis aspek teknologi dan manajemen, didukung infrastruktur mutu nasional.

"Konsep HTAS ini semestinya diterapkan pada level produsen pangan untuk menjamin produknya dikategorikan sebagai produk halal. Integritas HTAS dapat diperkuat dengan pilihan teknologi traceability pendukung transparansi jaminan pangan," katanya.

Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan lima profesor bidang ilmu berbeda

Baca juga: Profesor UB rancang kursi roda pintar untuk disabilitas

 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024