Kalau berbicara stunting, tidak mungkin intervensi hanya pada bayi dan ibu hamil saja, harus intervensi remajanya karena dia calon ibu. Intervensi harus komprehensif dan edukasi dijalankan secara berkelanjutan untuk memicu perubahan pola pikir
Jakarta (ANTARA) -
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) bekerja sama dengan lembaga Action Against Stunting Hub (AASH) untuk mencegah stunting sejak dini, utamanya pada usia remaja.
 
“Kami paham betul, kalau berbicara stunting, tidak mungkin intervensi hanya pada bayi dan ibu hamil saja, harus intervensi remajanya karena dia calon ibu. Intervensi harus komprehensif dan edukasi dijalankan secara berkelanjutan untuk memicu perubahan pola pikir,” kata Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu.
 
Ia menekankan bahwa pembangunan kesehatan bersifat jangka panjang, sehingga permasalahan stunting harus diatasi sejak dini, salah satunya dengan program posyandu keluarga yang saat ini tengah dijalankan oleh Pemprov NTB.
 
“Posyandu keluarga ini kita gerakkan agar dapat menjadi pusat edukasi berbasis dusun untuk bisa mengatasi masalah-masalah pelik yang hanya bisa diatasi dengan perubahan pola pikir,” katanya.
 
Tidak seperti posyandu pada umumnya yang hanya melayani bayi dan ibu hamil, posyandu Keluarga di NTB melayani seluruh warga dusun secara terintegrasi. Ada posyandu Kelompok Ibu dan Anak (KIA) yang melayani ibu hamil dan bayi, posyandu remaja, pos binaan terpadu (posbindu) yang melayani usia produktif, dan posyandu lansia.
 
Dirinya juga menyampaikan apresiasi dan harapan terkait studi AASH yang melakukan intervensi stunting bersama Pemprov NTB untuk masyarakat.
 
"Masukan dari studi (dari AASH) sangat berharga bagi kami untuk menajamkan dan menyempurnakan apa yang dilakukan pemerintah daerah dalam mengatasi stunting di NTB,” tuturnya.
 
Untuk menularkan semangat Hari Kemerdekaan Indonesia, ia juga mengajak seluruh masyarakat bergotong-royong mengentaskan stunting.
 
“Tugas kita adalah bagaimana mengisi kemerdekaan dan menjaga generasi Indonesia agar semakin maju ke depan, dan semakin baik dari waktu ke waktu. Kita semua harus semangat untuk menuntaskan stunting dan kuncinya adalah kegotongroyongan,” kata Sitti Rohmi Djalillah  .
 
Sementara, Country Lead AASH Indonesia, Dr. Ir. Umi Fahmida menjelaskan bahwa tujuan dari studi AASH adalah untuk membantu pengentasan stunting mulai dari aspek biologis, termasuk gizi, epigenetik, genetik, fisik, pengasuhan, pangan, dan pendidikan agar dapat melakukan intervensi yang tepat sasaran.
 
“Harapannya kita bisa mencegah stunting lebih awal lagi dengan mengetahui berbagai tipe stunting. Kemudian, juga dapat memberikan masukan bagi pemangku kebijakan,” ujar Umi.
 
Studi AASH yang dilakukan di Lombok Timur juga berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, NTB, agar tidak hanya selesai pada level laporan atau publikasi ilmiah, tetapi juga langsung menyentuh kepada masyarakat, khususnya anak-anak yang mengalami stunting.
 
"Penanganan stunting harus dilakukan secara komprehensif. Civitas akademika juga dapat turut mengambil peran melalui kegiatan Tri Dharma yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat," kata Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Prof. Dr. dr. Hamsu Kadriyan.
 
Ia menjelaskan, penelitian memiliki peran penting dalam upaya memahami akar penyebab stunting pada anak.
 
“Hasil penelitian dapat menjadi bukti ilmiah yang dapat digunakan sebagai pijakan perumusan kebijakan, salah satunya dalam penatalaksanaan stunting,” demikian Hamsu Kadriyan.

Baca juga: Duta AASH: Peran ayah dalam keluarga sangat penting cegah stunting 

Baca juga: BKKBN berikan penghargaan Gerakan Gotong Royong Bhakti Stunting NTB

Baca juga: Peneliti: Akses air bersih dan sanitasi layak cegah stunting
​​​​​​​

Baca juga: Jemput Bola, SEAMEO RECFON bekerjasama dengan Kabupaten Lombok Timur Menangani Masalah Stunting

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023