Houston (ANTARA News) - Amerika Serikat harus mengendalikan suara internal nasionalisme yang mendorong bentrokan "antar-peradaban" dengan Islam, kata pemimpin Liga Arab, Selasa. "Anda harus bersikap tegas menentang semua kekuatan negatif yang memiliki agenda," kata Sekretaris Jenderal Liga Arab, Amr Moussa, pada Forum Ekonomi Arab-AS di Houston, Texas. "Kami di Timur Tengah mengkhawatirkannya. Banyak di antara kami membaca apa yang mereka katakan dan kami marah terhadap agenda nasionalis ini --yang mendapat ruang makin besar," katanya, seperti dilansir AFP. Meskipun mengakui ada masalah dengan kaum Muslim fanatik, Moussa mengatakan ada kesalah-fahaman mendalam dalam hubungan Arab-AS di kalangan anggota masyarakat Amerika -- yang disulut oleh pernyataan yang menimbulkan amarah dari politisi. Ia juga mengatakan ada agenda politik di balik peningkatan bentrokan. "Dunia Arab adalah teman Amerika. Tak ada masalah kebencian pada Amerika. Kami tak pernah membenci Amerika," kata Moussa, saat menjelaskan bahwa dunia Arab mungkin tak sependapat dengan kebijakan AS, tapi tak mencerminkan itu sebagai kebencian seluruh rakyat. Moussa berikrar akan memerangi kaum fanatik di dunia Arab dan meminta pembuat kebijakan AS melakukan tindakan serupa di dalam negeri mereka. "Jangan lah kita berikan kekuatan negatif di kedua pihak peluang untuk melanjutkan praktek dan kebijakan mereka serta mencapai keberhasilan. Keberhasilan mereka adalah kegagalan kita," katanya. Penengahan jujur Salah satu cara yang penting guna meningkatkan hubungan Arab-AS ialah Amerika Serikat harus mengubah kebijakannya terhadap Israel dan berhubungan dengan bangsa Arab dengan cara yang lebih seimbang. "Citra Amerika Serikat tentu akan memperoleh keuntungan dari jalur yang berbeda dari yang diperkirakan," katanya, "penengahan yang jujur (dalam konflik Arab-Israel) dan i`tikad politik untuk meredam bentrokan ini dengan Islam." "Konflik ini adalah konflik yang akan menghasilkan atau malah merusak kestabilan di wilayah itu," katanya. "Tak diragukan bahwa konflik ini tak dapat diselesaikan tanpa keterlibatan aktif Amerika Serikat sebagai penengah yang jujur," kata Sekretaris Jenderal Liga Arab tersebut. Moussa mengatakan Amerika Serikat perlu mengakui bahwa konflik itu bukan hasil "para teroris" tapi akibat dari pendudukan militer oleh Israel. Kebijakan dengan tujuan "keamanan sekarang dan perdamaian belakangan" takkan berhasil, katanya. Ia mengatakan Amerika Serikat perlu mendukung penarikan Israel dari wilayah pendudukan, penyelesaian masalah Jerusalem dan dorongan bagi pengesahan resolusi Dewan Keamanan PBB dan penerapan hukum internasional. "Hanya peran penengah yang jujur yang dimainkan oleh AS akan menyelamatkan keadaan, akan menjelaskan dan mengubah reputasi kebijakan AS dan memperkecil luasnya kekecewaan," katanya. Moussa juga mendesak Dewan Keamanan PBB untuk ikut campur dalam serangan darat Selasa ke dalam wilayah Jalur Gaza oleh pasukan militer Israel. Dewan Keamanan "harus memerintahkan Israel agar tidak menduduki wilayah pendudukan dan tak melajutkan perlakuan kejamnya terhadap rakyat di wilayah pendudukan", kata Moussa sebelum serbuan Israel tersebut. Standar ganda lagi Ia juga mengatakan Amerika Serikat tak dapat mencela program nuklir Iran sementara menerima pemilikan bom nuklir oleh Israel. "Ini akhirnya akan membawa ketidak-stabilan lebih lanjut di Timur Tengah dan tanpa terelakkan akan terjadi perlombaan senjata," kata Moussa. Amerika Serikat terlibat percekcokan dengan Iran mengenai program pengayaan uraniumnya. Washington dan sekutunya menduga program itu merupakan "kedok bagi upaya untuk membuat bom nuklir". Pemerintah AS menutup mata terhadap kecurigaan luas --termasuk oleh Badan Tenaga Atom Internasional-- bahwa Israel sudah memiliki senjata nuklir. "Kami tak percaya ada program nuklir baik dan jahat," kata Moussa. "Tak ada dasar moral dan hukum untuk membedakannya. Keduanya buruk dan semua program nuklir militer atau program senjata penghancur massal tak boleh dibiarkan," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006