Penurunan kapasitas tersebut berdampak pada produksi yang diolah di beberapa instalasi, seperti IPA Sukamaju dan IPA Cipageran Cimahi
Cimahi, Jawa Barat (ANTARA) -
Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air Minum Tirta Raharja mengimbau warga masyarakat di Kabupaten Bandung dan Cimahi untuk menampung air cadangan dan menggunakan air secara bijak dalam menyikapi kemarau dan kekeringan sebagai dampak fenomena El Nino.

Pasalnya, kata Direktur Utama Perumda Air Minum Tirta Raharja Teddy Setiabudi, fenomena El Nino yang sudah dimulai sejak Juni 2023, telah menurunkan kapasitas air baku yang biasa mereka olah yakni Situ Cileunca, Situ Cipanunjang, Sungai Cisangkuy, Situ Lembang dan Sungai Cimahi, bahkan sampai 60 persen.

"Penurunan kapasitas tersebut berdampak pada produksi yang diolah di beberapa instalasi, seperti IPA Sukamaju dan IPA Cipageran Cimahi. Karenanya kami imbau warga pelanggan untuk dapat menampung air dan menggunakan air secara bijak dalam kondisi seperti saat ini," kata Teddy di Cimahi, Jawa Barat, Senin.

Saat ini, kata Teddy, debit kapasitas air baku yang terpantau mengalami penurunan signifikan yakni di Situ Cileunca yang berpengaruh pada Wilayah I Kota Pelayanan Soreang dan Wilayah II Banjaran yang mengalami penurunan 65 persen dari 185 liter/detik menjadi 40-65 liter/detik.

Kemudian Sungai Cimahi yang memiliki efek untuk Wilayah IV Kota Pelayanan Cimahi kapasitas menurun 40 persen dari 166 liter/detik menjadi 100-120 liter/detik.

Karenanya, kata Teddy, imbauan ini diharapkan agar dilakukan oleh warga, khususnya untuk yang berada di daerah terdampak yaitu:

• Wilayah I Kota Pelayanan Soreang Komplek Bumi Parahyangan Kencana, Komplek Sanggar Indah Lestari, Komplek Gading Tutuka 2, Komplek Sanggar Indah Banjaran, Komplek Gading Tutuka Residence, Komplek Gading Tutuka Kemala, Kp. Gandasoli, Kp. Gandasari, De Sangkanhurip, Prima Amerta, Banyusari.

Baca juga: Tirta Raharja: Kapasitas air baku turun sampai 60 persen imbas kemarau

Baca juga: Penyesuaian tarif air minum diminta perhatikan aspek pelanggan


• Wilayah II Kota Pelayanan Banjaran, seluruh Kota Pelayanan Banjaran dan Pameungpeuk, sebagian Kota Pelayanan Baleendah, (Kp. Sepen, Kp. Papak Gede, Komplek Gria Prima Asri, Kp. Sukaasih, Komplek Bumi Cahaya Rencong, Kp. Reungas Condong).

• Wilayah IV Kota Pelayanan Cimahi dan Unit Cisarua Gandawijaya, Simpang, Pasir Kumeli, Baros, H Haris, Town Place, Kerkof, Cibogo, Aneka Bhakti, Leuwi Gajah Permai, Sadarmanah, Asem Timur, Lurah, Gatot Subroto, Karya Bhakti, Abdul Halim, Kp Gandrung, Kp Pameungpeuk, Kp Sindangsari, Kp Galudra, Komplek Pusdikhub, Komplek GBR 3, Kp Cileuweung, Kp Terobosan, Kp Cimenteng, Komplek GACC, Komplek Cipageran Asri, Kp Jambudipa, Komplek Kavling Bukit Mas, Komplek D’Green Aqilla, Komplek Rinjani, Komplek Cemara, Kp Kebon Jeruk, Kp Cileutik.

Sebagai penanggulangan, Perumda Tirta Raharja melakukan pengaturan jam pengaliran distribusi (penjadwalan distribusi ke pelanggan dan penampungan air di reservoir distribusi), pemantauan jaringan perpipaan (untuk meminimalisir kebocoran dan cepat ditanggulangi), pemantauan tinggi muka air reservoir produksi dan distribusi (untuk memastikan ketersediaan).

"Kemudian pemantauan kapasitas air baku yang masuk ke dalam IPA agar dapat diolah secara maksimal. Lalu pengiriman tangki air untuk daerah terdampak kekeringan yang tidak bisa dilakukan rekayasa distribusi," ucapnya.

Selain itu, kata dia, dilakukan komunikasi dan edukasi pada para pemangku kepentingan khususnya mengenai efisiensi penggunaan air mengingat adanya peristiwa El Nino dan juga terkait pentingnya memiliki infrastruktur penampung air hujan.

"Untuk infrastruktur rain harvesting ini, baik secara komunal maupun mandiri untuk menampung air hujan dan diolah menjadi air bersih, khususnya pada wilayah yang sumber air bakunya rawan terdampak peristiwa El Nino maupun hal lainnya," ucapnya.

Dengan sumber air baku yang mengering, kata Teddy akhirnya pihak Tirta Raharja relatif hanya bisa mengolah rata-rata 50 persen dari kapasitas dalam kondisi normal, sehingga ribuan orang atau sekitar 40 persen pelanggan terdampak.

Sebanyak 40 persen warga yang terdampak itu, lanjut dia, tersebar di wilayah Soreang, Banjaran, Majalaya, Baleendah, Bojongsoang sampai ke Rancaekek.
 
"Kurang lebih pelanggan kita ada 35.000 pelanggan dan yang terdampak di sekitaran situ berkisar 10.000 pelanggan namun dengan kasus yang berbeda," kata Teddy.

Dengan rekayasa yang dilakukan seperti melakukan isolasi jaringan, optimalisasi SPAM, maintenance seluruh instalasi dan pengaliran air secara bergiliran, katanya, yang betul-betul terdampak tidak teraliri air adalah sekitar 3.000 pelanggan, karena kontur daerah pelayanan yang lebih tinggi dibandingkan jaringan air yang ada, sehingga harus dilakukan pengiriman tangki air secara gratis.

Baca juga: Warga Bandung Barat terdampak kekeringan menerima bantuan air bersih 

Baca juga: Operasional PLTA Saguling diatur sehubungan Waduk Saguling yang surut

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023