Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang meningkat 0,9 persen
Singapura (ANTARA) - Pasar saham Asia menghentikan penurunan beruntun delapan hari pada Selasa, dibantu oleh rebound pada saham China yang terpukul, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS mencapai level tertinggi 16 tahun di tengah kekhawatiran bahwa suku bunga akan tetap tinggi lebih lama.

Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang meningkat 0,9 persen pada perdagangan sore hari, dengan indeks Hang Seng ditutup melonjak 1,04 persen. Nikkei Jepang berakhir naik 0,92 persen, dibantu oleh dukungan positif dari Wall Street pada Senin (21/8/2023).

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang menjadi acuan naik 2,5 basis poin di awal perdagangan Tokyo menyentuh 4,366 persen, level tertinggi sejak 2007 dan naik hampir 40 basis poin sejauh bulan ini.

Imbal hasil naik ketika harga obligasi turun, dan kemunduran ini terjadi setelah berita perekonomian AS yang secara mengejutkan optimistis telah menyebabkan para investor mengurangi ekspektasi terhadap pelonggaran kebijakan tahun depan.

Ketakutan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama serta kekhawatiran tentang ekonomi China yang goyah baru-baru ini telah melemahkan rasa lapar investor terhadap saham, tetapi pada Selasa membawa sedikit rebound.

Kontrak berjangka S&P 500 berubah positif di sesi Asia dengan terakhir naik 0,1 persen. Kontrak berjangka Eropa terakhir naik 0,6 persen dan kontrak berjangka FTSE naik 0,3 persen.

Pasar berjangka sekarang menyiratkan penurunan suku bunga sebesar 98 basis poin pada tahun 2024, dibandingkan dengan 130 basis poin beberapa minggu lalu.

Namun, pada saat yang sama, ekspektasi inflasi hampir tidak bergerak - yang berarti bahwa imbal hasil "riil", yang mengurangi ekspektasi inflasi, telah melonjak - perkembangan yang kemungkinan akan mendorong investor untuk mengevaluasi kembali pengambilan risiko.

"Karena itu, tidak aneh memperkirakan dampak signifikan pada aliran kredit dan modal," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi di Mizuho Bank di Singapura, dikutip dari Reuters.

Hampir 300 basis poin ditambahkan ke imbal hasil riil AS 10-tahun sejak September 2021 adalah pengetatan suku bunga riil paling akut dalam 25 tahun, katanya, seraya menambahkan bahwa pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (25/8/2023) dapat mendorong mereka lebih tinggi lagi.

Suku bunga riil 10-tahun menembus 2,0 persen pada Senin (21/8/2023).

Imbal hasil (yield) oblgasi pemerintah di Australia, Korea, Selandia Baru dan Jepang semuanya naik pada Selasa, dengan imbal hasil obligasi 10-tahun Jepang mencapai level tertinggi sejak tahun 2014 sebesar 0,66 persen.

Hang Seng melakukan yang terbaik untuk menghentikan penurunan beruntun tujuh hari dan berakhir naik 1,09 persen setelah sesi bergejolak berayun antara keuntungan dan kerugian kecil.

Saham penambang raksasa Australia BHP Group turun 1,3 persen setelah membukukan laba tahunan terlemahnya dalam tiga tahun - meskipun dikatakan pihaknya memperkirakan permintaan China akan stabil dan momentum pertumbuhan meningkat lagi di akhir tahun.

Pergerakan imbal hasil telah mengurangi tekanan pada mata uang yang menawarkan imbal hasil rendah.

Yuan stabil di kisaran 7,2845 terhadap dolar setelah bank-bank pemerintah sebelumnya menggunakan pasar forward luar negeri untuk mempertahankannya.

Yen juga dalam pengawasan intervensi dan mendapat sedikit dorongan dari pertemuan antara Kepala Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda dan Perdana Menteri. Yen terakhir naik sekitar 0,2 persen pada 145,95 per dolar.

Euro, yang naik sedikit pada Senin (21/8/2023), menguat di 1,0912 dolar, sementara mata uang Antipodean lepas dari posisi terendah sembilan bulan karena saham Hong Kong menguat. Dolar Selandia Baru naik 0,5 persen menjadi 0,5957 dolar AS.

Baca juga: IHSG diprediksi menguat terbatas seiring sentimen domestik dan global
Baca juga: Wall St ditutup beragam. Dow jatuh saat investor tunggu Jackson Hole
Baca juga: Saham Inggris rugi hari ke-7, indeks FTSE 100 menyusut 0,06 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023