Kita melihat demand (permintaan) nasional untuk air conditioner ini sekitar 4,5 juta, supply (pasokan) dari dalam negeri sekitar 2,6 juta dengan tambahan 1,2 juta artinya kita bisa closing the gap (menutup celah) impor air conditioner
Karawang (ANTARA) -
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier mengatakan keberadaan pabrik penyejuk udara (AC) baru di Karawang International Industrial City (KIIC) sesuai dengan program pemerintah mendorong substitusi impor.
 
"Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian sangat mengapresiasi hadirnya pabrik baru yang ada di Karawang ini tentunya akan mendukung program pemerintah dalam konteks substitusi impor," kata Taufik dalam sambutannya di acara peresmian pabrik AC baru dari salah satu jenama asal Jepang di KIIC, Karawang, Jawa Barat pada Rabu.
 
Taufik menerangkan sektor industri merupakan salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia hingga naik sebesar 5,17 persen pada semester 1 triwulan 2 tahun. Sektor industri elektronik, kata Taufik, juga mengalami pertumbuhan sebesar 17,1 persen.
 
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester 1, triwulan 2 naik 5,17 persen dan kontribusi terbesar adalah sektor industri dan salah satu contoh industri yang tumbuh juga adalah sektor elektronik tumbuh sekitar 17,1 persen," kata Taufik.
 
Dia berharap dengan banyaknya perusahaan-perusahaan mancanegara yang membangun pabriknya di Indonesia, dapat membantu dalam mewujudkan program substitusi impor.
 
Lebih lanjut, dia menjelaskan saat ini Indonesia optimis dapat menarik investasi dengan menyebutkan indikator purchasing manager index manufaktur pada 23 bulan berturut-turut yang ekspansif di atas angka 50. Pada bulan Juli, purchasing manager index manufaktur Indonesia mencapai 53,3.
 
"Kita melihat purchasing manager index Indonesia 23 bulan berturut-turut ekspansif di atas 50 dan kemarin bulan Juli sekitar 53,3, artinya apa? Optimisme investasi di Indonesia sangat besar," ujar Taufik.
 
Pabrik AC baru di KIIC yang ditargetkan dapat memproduksi 1,2 juta unit per tahun diharapkan dapat mengurangi kebutuhan AC impor Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang baru terpenuhi sebanyak 2,6 juta unit melalui produksi dalam negeri.
 
"Kita melihat demand (permintaan) nasional untuk air conditioner ini sekitar 4,5 juta, supply (pasokan) dari dalam negeri sekitar 2,6 juta dengan tambahan 1,2 juta artinya kita bisa closing the gap (menutup celah) impor air conditioner di Indonesia," kata Taufik.
 
Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah untuk membangun industri AC dengan proses produksi yang menggunakan bahan baku sepenuhnya dari dalam negeri karena salah satu komponen penting yaitu kompresor masih didapatkan melalui impor.
 
Taufik mengatakan akan terus mendorong perusahaan elektronik mancanegara terutama dari Jepang untuk menggali potensi produksi komponen kompresor di Indonesia.
 
"As soon as possible (secepatnya) kita dorong terus, mister ambassador (duta besar Jepang) juga communicate (komunikasikan) di Jepang untuk potensial kompresor di Indonesia selain pasar domestik juga potensial untuk ekspor," ujar Taufik.
 
Dengan kehadiran pabrik-pabrik alat elektronik di Indonesia, kata Taufik, ke depannya Indonesia diharapkan mampu menjadi basis produksi peralatan elektronik untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.
 
"Dengan semakin lengkapnya struktur industri elektronika baik hilir maupun komponen di dalam negeri hal ini mampu menjadikan Indonesia sebagai basis produksi elektronika yang dapat mensuplai kebutuhan baik dalam negeri maupun pasar internasional," pungkasnya.


Baca juga: Bahlil pastikan kawal proyek Lotte Chemical Cilegon rampung 2025
Baca juga: Presiden Jokowi: Beri insentif investor yang produksi substitusi impor

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023