Bagi yang belum terkena, fokus pada pencegahan
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Lenny N. Rosalin mengajak para perempuan tak ragu memeriksakan benjolan payudara ke dokter karena bisa jadi itu tumor jinak atau mengarah ke kanker.

"Kalau ditemukan (benjolan) 2 cm, enggak usah mikir menunda, langsung periksakan karena secara klinis harus dipastikan bisa tumor biasa atau mengarah ke kanker," kata dia di Jakarta, Rabu.

Lenny juga mendorong kaum hawa khususnya yang belum terkena kanker untuk rutin memeriksa payudara sendiri atau SADARI semisal di kamar mandi sembari bernyanyi.

"Bagi yang belum terkena, fokus pada pencegahan. Lakukan SADARI misalnya di kamar mandi sambil nyanyi-nyanyi. Jangan pernah tunda (periksa)," ujar dia.

Baca juga: Dokter onkologi: Benjolan tanda kanker payudara paling mudah dikenali

Lenny, merujuk data, mengatakan bahwa kanker payudara menjadi jenis kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia, terutama pada perempuan yaitu 42,1 per 100.000 penduduk dan setiap tahunnya meningkat.

Penyebab utamanya, imbuh dia, adalah banyak masyarakat masih takut untuk memeriksakan diri dan rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini.

Padahal, apabila diketahui lebih dini, pasien bisa mendapatkan penanganan yang lebih optimal, sehingga dapat mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik.

Data Globocan tahun 2020 menunjukkan jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6 persen) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia, dengan persentase perempuan lebih banyak 1 daripada laki-laki dan jumlah kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa.

Angka kematian tersebut dapat diminimalisir sebanyak 43 persen jika masyarakat rutin melakukan deteksi dini dan mencegah penyebab kanker payudara.

Baca juga: Metode LDCT dinilai dapat turunkan angka kematian kanker paru

Namun merujuk Journal of cancer bahwa sebanyak 68 - 73 persen pasien yang mengunjungi pusat kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kanker payudara datang dalam kondisi stadium lanjut.

"Perempuan memainkan peran yang sangat besar dalam masyarakat sebagai kunci kehidupan keluarga, baik sebagai pribadi, istri dan ibu. Untuk itu, pemberdayaan perempuan menjadi langkah krusial dalam perjuangan melawan kanker payudara menuju kesuksesan pemulihan," demikian Lenny memaparkan.

Dorongan agar para perempuan rutin memeriksakan payudara sendiri atau SADARI juga dikemukakan pakar bedah onkologi dr Walta Gautama Said Tehuwayo, Sp.B.Subsp.Onk(K). Dia merekomendasikan perempuan melakukan SADARI pada tiga atau empat hari setelah haid berakhir.

Dia menambahkan sampai saat ini di Indonesia, kanker payudara stadium lanjut masih mendominasi atau sekitar 70 persen, dibandingkan dengan stadium awal.

Walta menyarankan demi meningkatkan kesadaran perempuan memeriksakan diri bisa dengan melibatkan tokoh-tokoh publik yang muda. Mereka, yang punya integritas, bisa berbicara di depan publik secara singkat semisal cara SADARI dan waktu sebaiknya melakukan SADARI.

Baca juga: Kemenkes paparkan algoritma skrining kanker paru

Baca juga: Pasien kanker bisa konsumsi hidangan dingin usai kemoterapi

Baca juga: Ketahui tes HPV DNA Genotyping untuk deteksi HPV

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023