Washington (ANTARA) - Dewan eksekutif Dana Moneter Internasional (IMF) pada Rabu (23/8/2023) menyetujui pencairan dana sebesar 7,5 miliar dolar AS untuk Argentina setelah menyelesaikan tinjauan kelima dan keenam atas program mereka yang berjumlah 44 miliar dolar AS, kata IMF.

Total pencairan dana berdasarkan perjanjian tersebut sekarang berjumlah sekitar 36 miliar dolar AS, kata IMF. Sebagian besar uang tunai digunakan untuk membayar kembali dana untuk program lain.

Staf IMF dan Argentina telah mencapai kesepakatan pada akhir Juli, namun pencairannya masih menunggu persetujuan dewan. Perjanjian tersebut telah meringankan target ekonomi karena kekeringan yang parah telah menciptakan lingkungan yang menantang bagi eksportir biji-bijian tersebut.

“Dewan Eksekutif menilai bahwa target-target program utama tidak tercapai hingga akhir Juni 2023 karena kekeringan bersejarah dan kesalahan kebijakan, sehingga memerlukan persetujuan keringanan ketidakpatuhan,” kata IMF dalam sebuah pernyataan.

Target akumulasi cadangan dan neraca fiskal utama serta pembiayaan moneter dari target defisit juga diubah. IMF tidak memberikan target baru.

Cadangan devisa bersih Argentina berada di zona merah menjelang pencairan dana dan negara Amerika Selatan tersebut menyetujui pinjaman sebesar 775 juta dolar AS dengan Qatar ditambah pinjaman pembiayaan sementara sebesar 1 miliar dolar AS dari bank pembangunan regional CAF dan 1,7 miliar dolar AS dari swap dengan China untuk melakukan pembayaran kepada IMF awal bulan ini.

Argentina berencana menggunakan dana tersebut untuk membayar kembali sebagian uang tersebut kepada China.

Tinjauan program berikutnya dijadwalkan pada November, setelah pemungutan suara putaran pertama pemilihan presiden pada 22 Oktober. Pencairan dana tersebut merupakan kunci bagi koalisi pemerintah kiri-tengah dan kandidatnya, Menteri Ekonomi Sergio Massa, dijadwalkan menjadi tuan rumah konferensi pers pada Rabu malam dari Washington.

Argentina, negara pengutang terbesar pada IMF setelah bertahun-tahun mengalami krisis ekonomi, telah menyaksikan masyarakat setempat kehilangan kepercayaan terhadap mata uang mereka karena inflasi mencapai tiga digit dan hampir empat dari 10 orang berada di bawah garis kemiskinan.

Pemerintah pekan lalu mematok peso resmi menjadi 350 per dolar dalam devaluasi sebesar 18 persen, dan menaikkan suku bunga acuan sebesar 21 poin persentase menjadi 118 persen, sebuah langkah yang merugikan secara politik di tengah kampanye presiden. Pemerintah mengatakan IMF menginginkan devaluasi "100 persen".

Pekan lalu, peso mencapai rekor terendah pada 785 per dolar di bursa paralel, lebih dari dua kali lipat nilai tukar resmi, dan terakhir berada pada 725 per dolar.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2023