Singapura (ANTARA) - Dolar melanjutkan pelemahan terhadap mata uang Asia pada Kamis sore, setelah data ekonomi global yang lebih lemah dari perkiraan mengaburkan prospek suku bunga dan menekan imbal hasil obligasi pemerintah AS menjelang simposium Jackson Hole Federal Reserve.

Dolar Australia, yang terpukul karena tanda-tanda perlambatan China dan ketahanan di AS, menguat 0,9 persen pada Rabu setelah PMI (Indeks Manajer Pembelian) manufaktur dan jasa-jasa AS meleset dari ekspektasi.

Mata uang Australia mempertahankan kenaikannya pada Kamis, begitu pula dolar Selandia Baru dan, sebagian besar, yen Jepang dan mata uang emerging market di Asia.

“Data PMI menunjukkan bahwa prospeknya tidak sebaik yang diharapkan dan mungkin menunjukkan kehati-hatian bank-bank sentral negara maju dalam hal pengetatan lebih lanjut,” kata ahli strategi mata uang Bank of Singapore, Moh Siong Sim.

"Ini jelas merupakan kabar baik bagi aset-aset berisiko dan kabar buruk bagi dolar."

Pertumbuhan aktivitas bisnis AS merupakan yang terlemah sejak Februari karena perekonomian tampaknya mulai terhenti, menurut data Agustus yang diterbitkan pada Rabu (23/8/2023).

Imbal hasil (yield) obligasi AS tenor sepuluh tahun anjlok 13 basis poin menjadi 4,198 persen karena berita tersebut, penurunan satu hari tertajam dalam lebih dari tiga bulan, menghilangkan dampak dari kenaikan baru-baru ini.

Produksi manufaktur Eropa terus menyusut dan aktivitas jasa-jasa mengalami penurunan, menurut survei, mengurangi keuntungan bagi euro, yang stabil pada 1,0866 dolar di Asia.

Produksi pabrik Inggris merosot, membuat perekonomian berada di jalur resesi dan mengirim pound pada pergerakan bolak-balik yang berakhir mendekati titik awal pada 1,2719 dolar.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya tetap lebih tinggi pada bulan ini, namun turun sekitar 0,2 persen pada Rabu (23/8/2023) dan datar di 103,39 sepanjang sesi Asia.

Dolar Selandia Baru sedikit lebih lemah pada 0,5968 dolar AS, begitu pula yen pada 145,17 per dolar, meskipun pergerakannya kecil karena para pedagang berhati-hati jika ada kemungkinan kejutan yang dapat mengangkat dolar ketika Ketua Fed Jerome Powell berbicara di Jackson Hole pada Jumat (25/8/2023).

“Powell (akan memiliki) kesempatan untuk mempertajam pesan ketergantungan data dari risalah rapat Juli, dan mungkin mempersiapkan investor untuk peningkatan perkiraan yang mungkin terjadi pada pertemuan Fed September,” kata kepala makro AS di BNY Mellon Investment Management, Sonia Meskin.

“Kami yakin investor mungkin meremehkan potensi kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun ini, karena tidak adanya kenaikan suku bunga lebih lanjut pada tahun 2023 akan bertentangan dengan peningkatan prospek pertumbuhan,” katanya.

Di wilayah lain di Asia, mata uang negara-negara berkembang memperoleh keuntungan atau bertahan pada pergerakan semalam.

Yuan China, yang didukung oleh pembelian bank-bank pemerintah dalam beberapa sesi terakhir, sedikit menguat seiring dengan penguatan saham-saham China hingga mencapai 7,2690 per dolar.

Baca juga: Yuan terangkat 102 basis poin menjadi 7,1886 terhadap dolar AS
Baca juga: Rupiah menguat terbatas pascadata PMI AS lebih lemah dari perkiraan
Baca juga: Harga emas melonjak karena dolar dan imbal hasil obligasi AS melemah

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023