Boston, Massachusetts (ANTARA News) - Tiga mahasiswi Universitas Boston asal China dan saling bersahabat, mengalami nasib berbeda akibat bom Maraton Boston lalu.  Lu Lingzi tewas, Zhou Danling luka parah, sedangkan satunya lagi selamat.

Seluruh kampus berduka untuk kematian Lu, mahasiswi brilian jurusan matematika yang baru September tahun lalu berada di Boston, untuk berkuliah di universitas bergengsi itu.

Ketiga perempuan ini adalah termasuk ratusan orang yang terkena ledakan dua bom di garis finish lomba maraton Boston.  Bom-bom ini menewaskan tiga orang dan melukai 180 orang.

Kepala jurusan matematika Universitas Boston Kathleen Heavey mengatakan seluruh sivitas akademika berduka untuk korban.

"Hati dan pikiran kami bersama dengan keluarga dan kerabat korban,"  kata Robert Brown, rektor universitas yang memiliki 31.000 mahasiswa dari 100 negara itu.

Sebuah acara untuk menghormati para korban telah dipersiapkan, pun demikian sebuah pemakaman massal diadakan Kamis ini.

Lu dan Zhu adalah termasuk ratusan mahasiswa China di Boston.

Sebelum mengikuti maraton, Lu memposting foto dia sedang menikmati sarapan khas China di jejaring sosial China, Weibo. "Sarapanku yang luar biasa," tulisnya dalam Bahasa Inggris seperti dikutip AFP.

Para mahasiswa dengan tanpa putus asa mencari Lu ketika dia dinyatakan hilang sejak Senin malam. Zhu menjalani sejumlah operasi di rumah sakit dan disebut dalam kondisi stabil.

"Dia dikelilingi teman-temannya, dan dia akan segera dikunjungi keluarganya," kata pendeta universitas itu, Reverend Robert Hill.

Mahasiswi ketiga masih tetap anonim dan terlalu berat untuk berbicara, kata para mahasiswa.

Gao Qin, mahasiswa jurusan hukum berusia 24 tahun asal Shanghai, mengatakan semua orang mengkhawatirkan Lu, semua orang berusaha mencarinya setelah dikabarkan hilang.

"Semua orang terkejut dan sedih manakala mereka mendapati gadis itu telah meninggal," sambung Gao seperti dikutip AFP.

"Banyak dari teman-teman saya adalah temannya juga, karena ini adalah komunitas yang sangat kecil.  Mereka mengenang betapa lucu dan menyenangkannya dia. Dia juga pekerja keras."

Lu bersekolah di Shenyang, lalu meraih sarjana ekonomi dan perdagangan internasional di Institut Teknologi Beijing. 

Pada 2010, dia berkuliah di Universitas California di Riverside selama tiga bulan demi memperbesar peluangnya bisa berkuliah di sana.

Para profesor Boston menyebutnya sebagai mahasiswi yang cemerlang.

Mahasiswa teologi Meghan Nelson meletakkan sepasang sepatu, bunga dan gantungan kunci universitas tersebut di depan memorial Martin Luther King untuk menghormati mahasiswi yang tewas ini.

Joy Lin, mahasiwa berusia 23 tahun dari Beijing, meletakkan topi hijau dan tulisan berbunyi "Dari Boston dan Beijing bersama cinta."

"Dia orang cina dan saya juga cina.  Topi ini khas Boston. Banyak imigran Irlandia datang ke sini. Boston adalah rumahku. Saya sangat mencintai Boston," kata dia.

Sejumlah mahasiswa Universitas Boston menjadi saksi dari pemboman itu dan beberapa diantaranya menjadi relawan pascapemboman.

Derrick Kwok tadinya menjadi relawan untuk pelari yang kelelahan dan membutuhkan perawatan kesehatan di dekat garis finish. Namun dalam situasi yang berubah dramatis dia beralih menyediakan tandu untuk para korban pemboman.

Relawan lainnya, Alex Kwok, mengaku merasakan kedua ledakan itu.  Tadinya dia mengira ada tenda roboh atau generator meledak. "Saya tak yakin itu bom seperti perkiraan awal orang pada umumnya," kata dia seperti dikutip AFP.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013