Sejak pertama diselenggarakan pada 2012 itu hanya 1.500 pelari, kini 2023 sudah menarik 13.600 orang, ini peningkatan signifikan
Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Maybank Indonesia menyebutkan ajang maraton internasional pada Minggu (27/8) mendongkrak pertumbuhan ekonomi Bali karena menyedot 13.600 peserta dari 50 negara atau meningkat 37 persen dibandingkan 2022 dengan 10 ribu peserta.

“Ajang ini bisa membantu membangkitkan ekonomi Bali yang bergantung kepada pariwisata,” kata Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.

Menurut dia, apabila satu peserta juga mengajak keluarganya berpartisipasi di Maybank Marathon, jumlah tersebut berpotensi meningkat dua kali lipat.

Meski mengaku tidak melakukan kalkulasi secara nominal, namun ia menilai ajang maraton tahunan itu memberikan dampak langsung kepada kegiatan ekonomi di antaranya penjualan tiket pesawat.

Alasannya, lanjut dia, sebagian besar peserta diperkirakan berasal dari luar Bali dan luar negeri.

Selain itu, akomodasi perhotelan, makan dan minum, transportasi darat, toko oleh-oleh, usaha konveksi dan percetakan.

Baca juga: Maybank Indonesia alokasi Rp17,2 triliun pembiayaan berkelanjutan

Baca juga: Maybank Indonesia tanam 2.000 bibit mangrove di Benoa Bali


“Sejak pertama diselenggarakan pada 2012 itu hanya 1.500 pelari, kini 2023 sudah menarik 13.600 orang, ini peningkatan signifikan,” katanya.

Adapun para peserta sebagian berasal dari kota besar di Tanah Air di antaranya paling banyak dari Jakarta dan Surabaya, kemudian Semarang, Yogyakarta, Makassar.

Tak hanya itu, ajang ini juga diikuti pelari dari Malaysia, Australia, Jepang, Kenya, Ethiopia dan sejumlah wisatawan asing yang gemar wisata olahraga.

Ia berharap Maybank Marathon 2023 itu dapat mendorong perbaikan ekonomi di Pulau Dewata setelah terdampak pandemi COVID-19 selama dua tahun bahkan pertumbuhan ekonominya sempat paling buruk di seluruh Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata pada 2020 mencapai minus 9,31 persen, mencatatkan rapor merah paling rendah di seluruh Indonesia.

Anjloknya pertumbuhan ekonomi Bali saat itu karena pariwisata yang berkaitan erat dengan mobilitas masyarakat terpaksa harus dibatasi ketat bahkan dihentikan sementara karena merebaknya virus COVID-19.

Secara perlahan, dengan stimulus atau bantuan pemerintah serta instansi terkait lainnya, ekonomi Bali mulai bangkit pada 2022 yang tumbuh positif mencapai 4,84 persen, dibandingkan 2021 yang mulai terjadi perbaikan meski masih minus 2,47 persen.

Sedangkan pada triwulan II-2023, BPS Bali mencatat pertumbuhan ekonomi di Bali mencapai 5,60 persen atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode sama pada 2022 mencapai 3,09 persen.

Baca juga: Maybank Indonesia kucurkan pembiayaan Rp1 triliun untuk UMKM lewat PNM

Baca juga: Maybank Indonesia dorong UMKM membangun bisnis berkelanjutan


Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023