Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar uang spot antarbank Jakarta menguat pada Kamis, menyusul reaksi positif investor terhadap rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi.

Rupiah pada Kamis sore berada pada 9.708 per dolar AS, menguat delapan poin dibanding posisi hari sebelumnya 9.716 per dolar AS.

"Meski belum secara formal BBM subsidi dinaikan, namun ekespektasinya akan naik. Dengan pemerintah menaikan BBM maka diharapkan defisit neraca perdagangan dapat ditekan, kondisi itu akan membuat nilai tukar domestik menguat terhadap dolar AS," ujar pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova.

Menurut dia, tren pelemahan rupiah di sepanjang tahun ini cenderung didorong oleh neraca perdagangan Indonesia yang terus mencatatkan defisit. Migas merupakan salah satu faktor terjadinya defisit neraca perdagangan dalam negeri.

"Maka dengan kebijakan pemerintah untuk mengendalikan harga BBM bersubsidi diharapkan dapat memberi hasil positif untuk menekan defisit neraca perdagangan," katanya.

Meski BBM subsidi yang naik hanya untuk kendaraan pribadi, lanjut Ruly, namun dampaknya cukup positif kedepannya bagi nilai tukar rupiah.

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih menambahkan, nilai tukar rupiah masih bergerak stabil di tengah revisi pertumbuhan ekonomi global dari 3,5 persen menjadi 3,2 persen.

Ia mengatakan revisi proyeksi ekonomi global itu mengindikasikan pemulihan ekonomi yang belum stabil kendati beberapa data ekonomi mencatat perbaikan.

Sementara, lanjut Lana, IMF tetap memproyeksikan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sebesar antara 6 hingga 6,3 persen tahun ini dengan faktor utama masih permintaan domestik yang tinggi.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 9.723 per dolar AS, melemah dari posisi sebelumnya 9.710 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013