Maka dari itu bapak ibu sekalian sebagai pemimpin-pemimpin komunitas, jangan cepat-cepat masuk ke dalam kepemimpinan formal
Jakarta (ANTARA) - ​​​​Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana mengingatkan bahwa pemimpin tak hanya terkonsetrasi hanya pada tingkatan negara dengan jabatan politik dan publik.

Untuk itu, dia berharap para pemimpin komunitas tidak terburu-buru memasuki politik praktis untuk menduduki jabatan politik maupun publik, sebab pemimpin umat dan komunitas di akar rumput juga perlu dijaga.

"Maka dari itu bapak ibu sekalian sebagai pemimpin-pemimpin komunitas, jangan cepat-cepat masuk ke dalam kepemimpinan formal. Bapak ibu sekalian adalah pemimpin-pemimpin umat, pemimpin komunitas yang umatnya-komunitasnya juga perlu dijaga," kata Ari dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

Hal itu disampaikan dia saat menjadi salah satu narasumber di acara bertajuk "Merayakan Indonesia: Suara Kultural untuk Pemimpin Nasional 2024" yang diselenggarakan oleh Forum Titik Temu di Jakarta, Sabtu (26/8).

Dia menuturkan bahwa kekuasaan pemimpin saat ini sedianya sudah berada di lingkup komunitas bisnis, agama, budaya, dan berbagai kelompok masyarakat. Namun, dia menyayangkan tidak banyak yang berkehendak menjadi pemimpin-pemimpin di lingkup komunitas tersebut.

Baca juga: Ari Dwipayana: Budaya Kawi berkontribusi membangun keindonesiaan

Baca juga: Staf Khusus :17 kali kunjungan Presiden Jokowi bentuk perhatian ke Papua


"Semua terserap menjadi pemimpin formal, menjadi pemimpin negara, menganggap semua pemimpin negara itu adalah satu-satunya yang akan mengubah kita semua," tuturnya.

Ari mengingatkan pula bahwa pemimpin komunitas perlu menyiapkan regenerasi kepemimpinan yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan.

"Oleh karena itu, menyiapkan pemimpin komunitas-komunitas yang tangguh adalah agenda utama yang harus dilakukan oleh kita semua hari ini," ucapnya.

Di samping itu, Ari menyebut politik etik yakni persoalan integritas juga menjadi masalah dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, yakni adanya inkonsistensi antara kata dan perbuatan.

"Hari-hari ini kita mengalami permasalahan polusi udara, udara di Jakarta hari ini membahayakan kesehatan kita. Akan tetapi, yang lebih membahayakan di tahun politik adalah polusi kata-kata karena akan banyak sekali kata-kata yang akan kita terima, kita dengar, ada yang bentuk dalam janji-janji, rayuan, dalam bentuk visi-misi, program-program itu semu kata-kata," katanya.

Untuk itu, dia mengingatkan masyarakat waspada lantaran kata-kata kerap membuat terlena, bahkan banyak pemimpin agama yang terpeleset karena kata-kata.

"Mari jadilah warga negara yang baik, yang aktif sehingga kita bisa melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik, dan setelah pemimpin itu terpilih kita bisa kontrol ramai-ramai," kata Ari.

Turut hadir dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki, hingga istri Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Sinta Nuriyah.

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023