Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia merangkak sedikit lebih tinggi pada awal perdagangan Senin, setelah China mengumumkan langkah-langkah baru untuk mendukung pasar yang sedang melemah, meskipun suasana hati-hati menjelang data lapangan kerja dan inflasi AS yang dapat menentukan apakah suku bunga harus naik lagi.

Beijing pada Minggu (27/8/2023) mengumumkan akan mengurangi separuh pajak perdagangan saham dalam upaya terbaru untuk meningkatkan pasar yang sedang kesulitan dan menghidupkan kembali kepercayaan investor.

Bantuan tersebut diperlukan mengingat laba perusahaan-perusahaan industri China turun 6,7 persen pada Juli dibandingkan tahun sebelumnya, memperpanjang kemerosotan tahun ini hingga mencapai bulan ketujuh.

Indeks saham-saham unggulan China CSI 300 turun 2,0 persen pada minggu lalu dan mencapai posisi terendah tahun ini, dan semua perhatian akan tertuju pada data Indeks Manajer Pembelian (PMI) resmi untuk Agustus yang akan dirilis pada Kamis (31/8/2023).

Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,2 persen pada awal perdagangan, setelah menambah sedikit kenaikan pada minggu lalu untuk menghentikan penurunan tiga minggu berturut-turut.

Nikkei Jepang dibuka terangkat 0,9 persen, sebagian didukung oleh terus melemahnya yen. Sementara itu, S&P 500 berjangka naik tipis 0,1 persen dan Nasdaq berjangka menguat 0,2 persen, melanjutkan kenaikan moderat minggu lalu.

Pasar berhasil menghadapi pandangan yang sedikit hawkish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang menegaskan kembali bahwa mereka mungkin harus menaikkan suku bunga lagi tetapi berjanji untuk mengambil langkah “hati-hati”.

"Kami menganggap ini berarti bahwa FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) tidak berniat menaikkan suku bunga pada pertemuan September," tulis analis di Goldman Sachs.

"Kami terus memperkirakan bahwa FOMC pada akhirnya akan memutuskan bahwa pengetatan kebijakan lebih lanjut tidak diperlukan, sehingga menjadikan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC Juli sebagai siklus terakhir."

Pasar berjangka menyiratkan sekitar 80 persen kemungkinan hasil stabil pada pertemuan 20 September, dan kemungkinan kenaikan sebesar 54 persen pada akhir tahun.

Banyak hal akan bergantung pada aliran data AS yang sedang berjalan panas hingga sejumlah survei manufaktur pekan lalu menunjukkan adanya perlambatan baik di dalam maupun luar negeri.

Hal ini meningkatkan pertaruhan survei ISM mengenai manufaktur, bersama dengan laporan gaji, inflasi inti dan belanja konsumen AS. Perkiraan median gaji akan meningkat 170.000 pada Agustus dengan tingkat pengangguran tetap 3,5 persen.

Analis di JPMorgan memperingatkan bahwa peningkatan lapangan kerja dapat tertekan oleh pemogokan industri hiburan di Hollywood dan diperkirakan akan terjadi peningkatan hanya sebesar 125.000.

Angka inflasi Uni Eropa pada minggu ini mungkin juga berperan penting dalam menentukan apakah Bank Sentral Eropa akan memutuskan untuk menaikkan suku bunga pada bulan depan.

Pasar terpecah mengenai apakah akan ada kenaikan suku bunga 3,75 persen lagi, dan Presiden ECB Christine Lagarde pada Jumat (25/8/2023) menekankan bahwa kebijakan perlu bersifat restriktif.

Hal ini merupakan tema umum di kalangan bank sentral negara-negara barat, dimana Deputi Gubernur Bank Sentral Inggris Ben Broadbent pada akhir pekan lalu mengatakan bahwa suku bunga mungkin harus tetap tinggi "untuk beberapa waktu lagi."

Yang paling aneh adalah Gubernur Bank Sentral Jepang Kazuo Ueda yang pada Jumat (25/8/2023) menegaskan kembali perlunya kebijakan tetap sangat longgar.

Perbedaan tersebut membuat yen tetap berada di bawah tekanan dan pada Senin pagi dolar menguat di 146,50, hampir mendekati level tertinggi 10-bulan pada Jumat (25/8/2023) di 146,64. Euro mendekati level tertinggi sejak Oktober tahun lalu di 158,27 yen.

Mata uang tunggal ini kurang beruntung terhadap dolar, yang mendapat dukungan luas dari imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi, dan berada di 1,0801 dolar setelah tergelincir selama enam minggu berturut-turut.

Imbal hasil obligasi dua tahun AS naik 5,090 persen setelah menyentuh level tertinggi sejak awal Juli pada Jumat (25/8/2023).

Imbal hasil yang tinggi dan dolar yang kuat telah menjadi hambatan bagi emas yang berada di level 1.915 dolar AS per ounce.

Harga minyak mendapat dukungan dari kenaikan tajam harga solar di AS, meskipun kekhawatiran mengenai permintaan China masih menjadi hambatan.

Brent naik tipis 33 sen menjadi diperdagangkan di 84,81 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS naik 39 sen menjadi diperdagangkan di 80,22 dolar AS per barel.


Baca juga: Saham Asia ikuti reli Wall Street yang dipimpin Nvidia
Baca juga: IHSG ditutup melemah di tengah penguatan bursa kawasan Asia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023