'Kabar buruk adalah kabar baik,' karena data tersebut mendukung spekulasi akan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed lebih cepat meskipun ada retorika hawkish dari Ketua Fed Powell baru-baru ini
Singapura (ANTARA) - Saham Asia menguat pada awal perdagangan Rabu, dan dolar jatuh karena data tenaga kerja AS yang lemah mendukung spekulasi bahwa Federal Reserve kemungkinan akan segera menghentikan kenaikan suku bunga, sementara ekuitas China naik untuk hari ketiga berturut-turut.

Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,86 persen ke level tertinggi dalam dua minggu dan mencatatkan kenaikan berturut-turut dalam tiga hari. Namun indeks ini turun 6,0 persen pada Agustus dan mencatatkan kinerja bulanan terburuk sejak Februari.

Nikkei Jepang terangkat 0,5 persen, sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,64 persen.

Saham China menguat minggu ini menyusul pengumuman langkah-langkah untuk meningkatkan kepercayaan investor, termasuk mengurangi separuh pajak perdagangan saham, melonggarkan aturan pinjaman margin, dan mengerem pencatatan saham baru.

Pada awal perdagangan, indeks saham unggulan CSI 300 menguat 0,3 persen, sedangkan Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,75 persen.

Namun para analis melihat perlunya tindakan lebih banyak dari otoritas China untuk mempertahankan reli tersebut. “Dibutuhkan langkah-langkah kebijakan yang lebih tegas dan pemulihan pendapatan yang berkelanjutan agar reli ini dapat bertahan lama,” kata Carlos Casanova, ekonom senior untuk Asia di UBP.

Fokus investor akan tertuju pada data PMI (Indeks Manajer Pembelian) dari China akhir pekan ini yang akan menyoroti keadaan perekonomian.

Semalam, Wall Street berakhir menguat tajam, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS merosot ke posisi terendah tiga minggu setelah data menunjukkan lowongan pekerjaan AS turun ke level terendah dalam hampir 2,5 tahun pada Juli, menandakan berkurangnya tekanan pasar tenaga kerja.

"'Kabar buruk adalah kabar baik,' karena data tersebut mendukung spekulasi akan berakhirnya siklus kenaikan suku bunga The Fed lebih cepat meskipun ada retorika hawkish dari Ketua Fed Powell baru-baru ini," Tina Teng, analis pasar di CMC Markets, mengatakan dalam sebuah catatan.

Ketika The Fed menyoroti bahwa jalur suku bunga akan sangat bergantung pada data, para pedagang menyesuaikan taruhan mereka berdasarkan indikator-indikator terbaru.

Pasar memperkirakan 89 persen kemungkinan bahwa The Fed akan tetap bertahan pada pertemuannya bulan depan, alat CME FedWatch menunjukkan, dan sekarang memperkirakan 50 persen peluang untuk jeda lagi pada pertemuan November dibandingkan dengan peluang 38 persen pada hari sebelumnya.

Gambaran ekonomi yang lebih jelas kemungkinan akan terungkap pada akhir minggu ini ketika laporan gaji dan pengeluaran konsumsi pribadi AS akan dirilis.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS stabil pada jam-jam Asia. Imbal hasil bertenor dua tahun, yang biasanya bergerak sesuai dengan ekspektasi suku bunga, naik 1,3 basis poin menjadi 4,903 persen, menguat dari level terendah tiga minggu di 4,871 persen yang dicapai pada Selasa (29/8).

Penurunan imbal hasil memberikan tekanan pada dolar yang menguat. Terhadap sejumlah mata uang, dolar naik tipis 0,029 persen menjadi 103,58 setelah tergelincir hampir 0,4 persen pada Selasa (29/8).

Baca juga: Saham-saham Asia menguat didorong reli ekuitas China

Baca juga: Saham-saham Asia menguat karena China tawarkan bantuan ke pasar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023