Jakarta (ANTARA News) - Kayu jati dikenal karena kualitas dan daya tahannya bila dimanfaatkan sebagai bahan bangunan maupun mebel keperluan rumah tangga.

Di Jepara, di tangan para perajin mebel kayu jati, produksi mebel kayu jati telah memberi harapan bagi ribuan orang mencari nafkah dan mengembangkan bakat serta keterampilan mengukir.

Satu dari mereka adalah Abdul Latif (44), seorang lulusan Universitas Muhammadiyah Malang, yang tergerak menciptakan lapangan pekerjaan sembari menjual mebel jati Jepara secara "go international".

Untuk memudahkan akses peminat terhadap produk-produknya, Abdul mengelola laman www.mebeljatijepara.com yang mengediakan informasi terkait model, harga, dan pilihan warna yang bisa dipilih calon pembeli.

Mebel jati Jepara yang menjadi fokus Abdul adalah furnitur luar ruangan, termasuk furnitur taman. Meski demikian, mebel dalam ruangan juga tetap dibuat dengan pemasaran kebanyakan ke Pulau Sumatera dan India.

Abdul--memanfaatkan kemampuan bahasa Inggris yang ia peroleh lewat bangku kuliah--mendirikan CV Mebel Jati Jepara dan secara rutin mengirim tak kurang dari 1 kontainer mebel jati per bulan ke Prancis dan Belgia.

Tapi bisnis tidak selalu penuh dengan kisah indah. Ketika krisis finansial melanda dunia tahun 2008, pesanan ke daratan Eropa pun berkurang drastis. Ketersediaan kayu jati juga tak selalu stabil ada, dengan harga yang fluktuatif pula.

Sebagai pengusaha, ia harus berjibaku dengan tantangan-tantangan seperti ini.

Namun kejelian dan keuletan Abdul memajukan mebel jati Jepara berbuah manis, hingga kini ia mempekerjakan 20 orang karyawan, dengan produksi 700-800 unit mebel.

Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013