Jakarta (ANTARA) - Pakar gizi klinik dari Universitas Indonesia Dr. dr. Luciana B Sutanto Sp.GK (K) mengatakan anemia yang sebagian besar tidak bergejala bisa memengaruhi perkembangan otak anak di usia 2 sampai 5 tahun.

“Anemia berarti dampaknya akan berjalan terus di mana usia 2 sampai 5 tahun perkembangan otak masih terus terjadi sekitar 95 persen,” ucapnya dalam diskusi Bersama Cegah Anemia, Optimalkan Kognitif Generasi Maju di Jakarta, Kamis.

Presiden Indonesian Nutrition Association ini mengatakan ada satu dari tiga anak memiliki risiko anemia, dan ironisnya kebanyakan orang tua tidak mengetahui anak sudah memiliki gejala anemia seperti nilai di sekolah yang kurang bagus, terlihat lesu, dan cepat letih.

Baca juga: BKKBN minta catin rajin edukasi diri untuk cegah anemia dan stunting

Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi harian si kecil. Saat asupan zat besi tidak tercukupi dalam makanan harian, maka dapat terjadi gangguan perkembangan kognitif atau otak, dan pertumbuhan anak, seperti salah satunya menurunnya kecerdasan, fungsi otak, serta fungsi motorik anak seperti mudah kelelahan.

Luci juga mengatakan orang tua juga masih kurang memahami pentingnya skrining anemia melalui pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) darah, sehingga terkadang menghiraukan risiko anak menderita anemia.

“Oleh sebab itu ada baiknya dilakukan skrining anak dimulai dari dua tahun, meskipun tidak ada gejala. Gunanya skrining mencari masalah atau tidak, diharapkan tidak ada masalah,” ucap Luci.​​​​​​​

Luci menganjurkan orang tua untuk memenuhi semua asupan gizi seimbang untuk mencegah anak mengalami anemia, terutama dari sumber protein hewani yang kaya zat besi. Selain itu penuhi juga gizi dari makanan yang bervariasi yang terdiri atas karbohidrat serta vitamin dan mineral lainnya dari makanan pokok serta sayur dan buah.

Untuk anak usia di bawah lima tahun, Luci menyarankan untuk memasak makanan yang sesuai dengan kemampuan mengunyah anak serta pilih sayur yang cenderung manis dan rasanya tidak terlalu kuat agar anak tidak asing sehingga tidak cenderung menolak makan.

Baca juga: Waspada anemia pada anak, pastikan asupan gizi terpenuhi

Penting juga untuk orang tua bisa mencontohkan makan makanan bergizi bersama anak agar anak mau meniru mengonsumsi makanan sehat dan makan bersama-sama dengan menu yang sama bersama keluarga.

Ia juga menganjurkan agar anak minum susu dua gelas sehari sebagai pilihan sumber protein yang mudah dikonsumsi dan bergizi lengkap.

“Makanlah bervariasi agar dapat makanan yang kaya zat besi, termasuk anjuran minum susu, karena susu salah satu makanan pilihan sumber protein untuk anak, dianjurkan dua gelas sehari karena lengkap gizi dan mudah di konsumsi,” tambahnya.

Jika anak sudah terindikasi anemia, sebaiknya langsung dilakukan tata laksana medis sesuai anjuran dokter dengan mengonsumsi suplemen Fe atau suplemen tambah darah. Selain melalui suplemen, Luci juga menyarankan untuk tetap mengonsumsi makanan kaya zat besi untuk mempercepat proses penyembuhan anemia dan mencegah terjadinya anemia di masa mendatang.

Baca juga: Seberapa umum kejadian anemia defisiensi besi di Indonesia?

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023