Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Syuro Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) KH. Abdurrahman Wahid menyatakan bangsa Indonesia harus optimistis dan rasional dalam menghadapi segala bencana dan krisis yang terjadi, tidak hanya berdasar pada hal-hal mistik semata. "Indonesia ini daerah rawan bencana, dan bangsa ini harus siap menghadapi dengan perhitungan rasional," kata kiai yang akrab disapa Gus Dur, di Gedung Kesenian Jakarta, Kamis, saat menyampaikan orasi budaya dalam konser amal DPP PKB untuk gempa Yogya dan Jateng. Menurutnya saat ini banyak kalangan yang menghubungkan bencana-bencana dan krisis berkepanjangan di Indonesia sebagai akibat dari berkuasanya seseorang. Gus Dur berpendapat bangsa Indonesia harus memiliki keyakinan untuk bisa bertahan dari segala macam bencana yang menurutnya akan sering terjadi karena letak wilayah Indonesia yang berada pada deretan gunung api aktif dan lempeng benua yang terus mengalami pergerakan. Harus dipikirkan betul-betul bagaimana menanggulangi bencana yang akan terjadi dan menurutnya pemerintah harus berpikir kembali dalam program pembangunannya dengan memperhitungkan faktor posisi Indonesia. "Letak geografis kita ini memang rawan gempa dan gunung meletus, saya tidak habis pikir kok ada rencana bikin reaktor nuklir di Rembang, apa tidak ingat tragedi Chernobyl yang menewaskan lebih dari 800 ribu nyawa," katanya. Menurutnya, saat ini Indonesia dalam situasi krisis berkelanjutan. Bila tanpa rasionalitas, segala persolan bangsa, baik itu masalah penanggulangan dan penanganan bencana tidak akan bisa diatasi, dari sisi ekonomi maupun sisi lainnya. Dalam acara malam amal yang juga diramaikan dengan lelang lukisan karya Faturrahman untuk korban gempa Yogya dan Jateng ini Gus Dur juga menyinggung soal penanganan masalah ekonomi perdagangan di Indonesia, menurutnya pasar bebas merupakan hal yang rasional untuk terus diikuti. Gus Dur mengatakan bangsa Indonesia harus segera lepas dari krisis, dengan jalan memberi kesempatan perdagangan berlaku sesuai dengan hukum pasar tanpa harus takut terhadap efek yang akan terjadi. "Biarkan saja ada pasar bebas, kita tidak perlu keluar dari WTO, tetapi juga harus dipikirkan bahwa selain sektor formal, dunia usaha juga ada sektor informal," kata Gus Dur. "Usaha kecil harus dilindungi dengan langkah-langkah rasional, bisa ditempuh dengan pemberian kredit murah bagi UKM. Perdagangan nonformal meskipun tidak memberikan masukan kepada kas negara melalui pajak, tetapi menurutnya justru memiliki kontribusi yang lebih besar melalui retribusi," katanya. Orasi Gus Dur selama kurang dari setengah jam di GKJ kali ini terbilang singkat dibandingkan dengan sejumlah orasi yang biasanya disampaikan ayah Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik, Yenny Zannuba Wahid ini yakni lebih dari 60 menit.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006