"Fenomena munculnya asap dampak karhutla akan menurunkan kualitas udara menjadi tidak sehat. Kondisi ini yang harus selalu dipantau masyarakat saat akan beraktivitas di luar rumah,"
Palangka Raya (ANTARA) -
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tjilik Riwut Palangka Raya, Kalimantan Tengah meminta warga provinsi setempat terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Waspada potensi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan Tengah. Apalagi hingga tiga hari ke depan tidak didapati tanda-tanda turun hujan," kata Prakirawan BMKG Tjilik Riwut Palangka Raya Alfandy di Palangka Raya, Jumat.

Kondisi tersebut menjadikan lahan di wilayah Kalimantan Tengah semakin kering sehingga sangat mudah terjadi kebakaran, terutama di kawasan lahan gambut.

"Untuk itu, warga juga agar tidak melakukan pembakaran lahan untuk tujuan apapun. Jika sudah terbakar, lahan gambut akan sangat sulit untuk dipadamkan, bahkan akan sangat mudah menjalar," katanya.

Dia menambahkan, berdasar data hasil perkiraan cuaca, selama beberapa hari ke depan diperkirakan kondisi cuaca di wilayah Kalimantan Tengah umumnya cerah berawan.

Suhu udara berkisar antara 21 hingga 35 derajat celcius. Kelembaban udara berkisar antara 45–95 persen. Sementara angin umumnya bertiup dari Tenggara menuju ke arah Selatan dengan kecepatan berkisar antara 10–20 km/jam.

Kondisi tersebut juga bisa menjadikan kabut asap kebakaran lahan dapat yang mulai terlihat di wilayah Kota Palangka Raya pada pagi hari menyebar luas.

Sehingga, sangat berpotensi menurunkan kualitas udara di wilayah Kota Palangka Raya yang dapat berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo meminta warga di daerah setempat mewaspadai potensi penurunan kualitas udara dampak musim kemarau dan karhutla.

"Fenomena munculnya asap dampak karhutla akan menurunkan kualitas udara menjadi tidak sehat. Kondisi ini yang harus selalu dipantau masyarakat saat akan beraktivitas di luar rumah," katanya.

Andjar mengatakan, penurunan kualitas udara yang parah akan berdampak langsung pada kesehatan manusia, terlebih pada mereka yang masuk kategori rentan dan penderita penyakit degeneratif.

Mereka yang masuk kategori rentan ini seperti bayi, anak di bawah lima tahun (balita), dan orang lanjut usia. Sementara penyakit degeneratif adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu.

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2023