Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengarahkan masyarakat, terutama kaum muda di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur, agar meningkatkan kesiapsiagaan dalam pagelaran Budaya Sadar Bencana di Pulau Sumba.

Suharyanto dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Sabtu, mengatakan, disamping memiliki keindahan alam yang luar biasa, Indonesia juga menjadi laboratorium bencana karena hampir semua jenis bencana ada di Indonesia.

“Mengingatkan kita semua bahwa di satu sisi kita tinggal di negara yang kaya raya yang melimpah sumber daya alam kekayaannya, tetapi di sisi lain juga bencana senantiasa mengancam kehidupan kita setiap saat termasuk di Pulau Sumba. Tahun 1977 ada bencana tsunami besar melanda Pulau Sumba dan tahun 2021 sebagian saudara-saudara kita juga alami bencana Siklon Tropis Seroja,” ucap Suharyanto.

Sehingga menurutnya, kaum muda di wilayah tersebut harus paham bahwa mereka hidup di negara, yang bencananya bisa terjadi setiap saat.

Baca juga: Kepala BNPB sampaikan pesan sadar bencana untuk mitigasi bahayanya

Baca juga: BNPB: Sadar risiko bencana jadi tonggak utama mitigasi


Pagelaran Budaya Sadar Bencana Mitigasi Bencana Melalui Kearifan Lokal dengan tema "Madung Ati Ba Hanganya Nam Haduka" yang memiliki makna Ketangguhan dan Kesiagaan dalam menghadapi bencana, digelar pada Jumat (1/9).

Meskipun dalam tiga tahun terakhir bencana di wilayah ini tidak banyak, dengan adanya fenomena El Nino Sumba Tengah selama beberapa bulan ke depan diperkirakan akan mengalami kekeringan.

“Tiga tahun terakhir ini relatif bencana di Pulau Sumba terkendali tetapi dalam dua hingga tiga bulan yang lalu dan ke depan sampai dengan September, Oktober November, masyarakat di Sumba Tengah ini akan terdampak El Nino atau kekeringan. Ini berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Karena itu dalam kesempatan ini saya mengimbau kita semua untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan,” tutup Suharyanto.

Pada kesempatan yang sama, Paulus S.K. Limu selaku Bupati Sumba Tengah menyatakan, pemilihan kesenian tradisional sebagai cara untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap bencana merupakan langkah yang tepat.

“Kesenian tradisional dapat menjadi alat edukasi yang efektif dalam menyampaikan pesan- pesan penting tentang persiapan bencana dengan cara yang menarik dan mudah di mengerti semua lapisan kepada masyarakat,” ungkap Paulus.

Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, penanganan bencana tidak hanya bisa dilakukan oleh salah satu pihak saja, perlu peran masyarakat untuk memiliki kemampuan mitigasi bencana guna meminimalisir dampak bencana.

“Budaya sadar bencana harus ditumbuhkan karena menjadi bagian penting dalam mewujudkan masyarakat tangguh bencana. Masyarakat harus berperan aktif untuk menumbuhkan kesadaran dan upaya dalam mitigasi bencana untuk mengurangi risiko bencana,” tutur Paulus.

Dalam kesempatan ini, Kepala BNPB memberikan dukungan operasional penanganan darurat bencana kekeringan yang diterima oleh Bupati Sumba Tengah, antara lain dukungan dana siap pakai sebesar lima ratus juta rupiah, mobil dapur umum satu unit, pompa air pemadam kebakaran enam unit dan pompa acon untuk persawahan enam unit.

Kegiatan ini tidak hanya dilaksanakan secara fisik, namun juga mengamplifikasi Budaya Sadar Bencana secara luas melalui kanal media sosial BNPB sehingga masyarakat secara luas dapat turut serta menikmati acara dengan muatan budaya setempat sekaligus menyebarluaskan kearifan lokal Sumba Tengah ke seluruh penjuru Indonesia.

Baca juga: Akademisi: Perkuat gerakan sadar bencana di tengah masyarakat

Baca juga: Pakar UB tekankan pentingnya karakter pendidikan anak sadar bencana

 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023