Tari Saman itu dibawakan oleh kelompok tari Duta Melati yang terdiri tidak hanya warga negara Indonesia, tapi juga warga negara Jepang.
“Sebetulnya sejak lima enam tahun terakhir ini, Ami-san selalu melibatkan tarian di luar tari Bali. Sejak saat itu saya mengisi, tapi untuk Tari Saman tahun ini perdana,” kata pendiri Duta Melati, Tini Kodrat, di sela-sela pementasan, yang mengaku diminta oleh inisiator Enoshima Bali Sunset Ami Hasegawa untuk menampilkan tarian selain Tari Bali.
Tari Saman itu diperagakan tujuh penari yang empat di antaranya dari Indonesia dan tiga penari dari Jepang.
“Kalau Tari Saman sendiri memang harus ganjil ya. Kalau tidak lima, tujuh, sembilan, 11 dan seterusnya. Kita juga ada penari dari Jepang itu tiga, dua laki-laki dan satu perempuan,” kata Tini.
Tarian yang dibawakan dengan semangat dan kompak itu disambut antusiastis oleh penonton kendati dilaksanakan di luar ruangan yang mau tidak mau berlomba dengan suara angin.
Baca juga: Lab Teater Ciputat pentas lagi di Jepang bawakan "Mata Air Mata"
“Biasanya kita di dalam ruangan. Makanya begitu tahu di luar ruangan, tim latihan khusus karena tarian ini menggunakan lutut untuk berjalan sambil duduk,” kata Tini.
Tini mengharapkan semakin bayak tari daerah Indonesia yang ditampilkan dalam Enoshima Bali Sunset
“Karena Indonesia tidak hanya Bali meskipun kalau enggak ada Bali ya kurang greget. Saya juga maunya tidak hanya Duta Melati, tapi grup-grup lain yang membawa tarian dari berbagai suka di Indonesia,” kata Titin.
Penampil gamelan dari grup Sekar Jepun Watanabe Saori mengaku sudah 20 tahun mempelajari gamelan dan tari Bali. .
“Sangat menyenangkan. Saya sangat suka proses membuat musik bersama-sama dan saya memainkannya,” kata Watanabe.
Dia berharap banyak orang mengenal seni Indonesia dan Bali, serta lebih spesifik lagi mengetahui hubungan antara gamelan dan tari Bali.
Baca juga: KBRI Tokyo: Kolaborasi teater perkuat hubungan antarwarga negara
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023
