Jakarta (ANTARA) - Pertumbuhan ekonomi Jakarta menjadi selalu topik urgen dan aktual untuk dibahas. Hal tersebut dikarenakan besarnya peran pertumbuhan ekonomi Jakarta terhadap agregat pertumbuhan ekonomi nasional. Tanpa mengeneralkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada pada level nasional, dapat dikatakan bahwa fluktuasi pertumbuhan ekonomi Jakarta berpengaruh besar terhadap fluktuasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Konsep tersebut sedikitnya sesuai dengan slogan khas kota Jakarta,”Sukses Jakarta untuk Indonesia”. Kesuksesan Jakarta diupayakan juga untuk menjadi kesuksesan bagi Indonesia. Hal tersebut didukung dengan posisi Jakarta sebagai pusat pemerintahan (setidaknya hingga sekarang), pusat perekonomian, gerbang investasi dan berbagai macam predikat lain yang mengindikasikan Jakarta sebagai pusat aktivitas nasional.

Diketahui, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta kembali meningkat menjadi 5,13 persen pada triwulan II 2023. Angka tersebut meningkat sebesar 0,18 persen dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada di angka 4,95 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar mengatakan peningkatan ekonomi tersebut didukung oleh mobilitas, aktivitas masyarakat Jakarta dan juga mulai banyaknya ajang-ajang nasional maupun internasional.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta, terutama bersumber dari kinerja konsumsi rumah tangga, investasi, dan terakhir adalah konsumsi instansi Pemerintah.

Konsumsi rumah tangga DKI Jakarta mencapai 63 persen pangsanya, lalu investasi sekitar 33,3 persen, dan konsumsi pemerintah sekitar 13 persen terhadap share pertumbuhan ekonomi kota metropolitan itu.

Lebih jauh, meningkatnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta juga disertai dengan laju inflasi yang masih terkendali.

Pada bulan Juli 2023, inflasi Jakarta terkendali pada angka 2,81 persen. Angka tersebut lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya, yakni pada Juni 2023 sebesar 3,2 persen. Adapun angka inflasi Jakarta pada Juli tersebut lebih rendah dari angka inflasi nasional, yakni di angka 3,08 persen.

Bank Indonesia (BI) optimistis untuk dapat terus menjaga inflasi pada level yang rendah dan stabil, khususnya di Jakarta.


Kota bisnis global

Kendati Ibu Kota Negara (IKN) akan segera berpindah ke Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Jakarta masih tetap punya modalitas ekonomi yang mampu mempertahankan statusnya sebagai kota bisnis berskala global.

Hal tersebut, karena posisi Jakarta sebagai pusat yang didukung oleh beberapa kota penyangga di sekitarnya, yang disebutnya sebagai megacities, yakni Jakarta Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Selain itu, modalitas Jakarta sebagai kota bisnis berskala global juga didukung oleh ketersediaan infrastruktur memadai, seperti jalan tol, pelabuhan, bandara dengan standar internasional, serta ketersediaan transportasi publik yang beragam dan terintegrasi.

Dengan modalitas yang demikian itu, maka predikat Jakarta sebagai kota bisnis global skala regional maupun global setelah pemindahan Ibu Kota Negara ke depannya, Jakarta butuh peningkatan sinergi kolaborasi, komitmen, dan semangat dari masyarakat bersama pemerintah.


Kontribusi Jakarta

Dari sudut pandang kinerja investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), sepanjang Semester 1 (periode Januari hingga Juni) 2023, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI mencatatat, DKI Jakarta menyumbang realisasi PMDN tertinggi dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia, dengan capaian sebesar Rp40,6 triliun.

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) DKI Jakarta Benni Aguscandra mengatakan bahwa capaian tersebut menyumbang sebesar 12,9 persen dari total realisasi PMDN nasional dan menjadikan DKI Jakarta sebagai provinsi dengan realisasi PMDN tertinggi di Indonesia.

Sementara itu, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) DKI Jakarta sepanjang Januari hingga Juni Tahun 2023, mencatatkan realisasi sebesar US$2,6 miliar atau sekitar Rp38,9 triliun. Capaian tersebut tercatat berkontribusi sebesar 10,7 persen dari total realisasi PMA nasional.

Jadi, secara kumulatif, realisasi investasi PMDN dan PMA DKI Jakarta sepanjang Januari hingga Juni 2023 mencapai total Rp79,5 triliun.

Ada tiga sektor yang memiliki kontribusi terbesar realisasi PMA dan PMDN bagi DKI Jakarta, yakni transportasi, gudang, dan telekomunikasi, dengan nilai Rp29,11 triliun (37 persen), jasa lainnya Rp15,89 triliun (20 persen), dan perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar Rp11,16 triliun (14 persen).

Dari kumulatif realisasi investasi PMDN dan PMA tersebut, Jakarta Selatan menyumbang realisasi terbesar dengan nilai investasi sebesar Rp40,5 triliun, yakni PMDN sebesar Rp26,57 triliun dan PMA sebesar Rp13,93 triliun.

Kemudian, posisi berikutnya diikuti Jakarta Pusat sebesar Rp15,03 triliun, Jakarta Utara sebesar Rp8,97 triliun, Jakarta Timur sebesar Rp7,54 triliun, Jakarta Barat sebesar Rp 7,35 triliun, dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu sebesar Rp29,85 miliar.

Dari agregat capaian tersebut, maka DKI Jakarta telah mencapai 155 persen dari total yang ditargetkan. Adapun tingginya angka realisasi investasi di Jakarta tidak terlepas dari berbagai inovasi layanan penanaman modal dan kemudahan perizinan/non-perizinan, yang dilakukan DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan arahan Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus melakukan berbagai inovasi dalam menghadirkan pelayanan publik yang prima kepada masyarakat, guna mendorong laju investasi di ibu kota itu.

Untuk perangkat daerah, Jakarta juga terus berkomitmen untuk menjaga kualitas pelayanan kepada masyarakat, guna mewujudkan zero complain (tanpa keluhan), zero delay (tanpa keterlambatan) dan 100 persen service excellence (keunggulan pelayanan).

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023