Kita harus pastikan anak diberi asupan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya, dengan demikian kita bisa meningkatkan kualitas SDM di masa mendatang
Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Sofihara mengatakan pihaknya melakukan edukasi pada masyarakat terkait pengentasan stunting di Tanah Air.

“PP Muslimat NU sebagai organisasi yang memiliki kader kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia memberi perhatian lebih terhadap pengentasan stunting, terutama di daerah-daerah yang menjadi lokus stunting,” ujar Erna dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Baca juga: Pemkab Kupang target stunting turun hingga sembilan persen 2024

Dia menambahkan, pihaknya gencar melakukan sosialisasi dan edukasi langsung ke kader-kader kesehatan dan juga masyarakat terutama calon ibu dan ibu dengan balita. Salah satu penyebab gangguan masalah-masalah gizi anak adalah kebiasaan konsumsi makanan dan minuman dengan kandungan gula yang tinggi.

“Kita harus pastikan anak diberi asupan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya, dengan demikian kita bisa meningkatkan kualitas SDM di masa mendatang,” jelas Erna.

Sebelumnya, PC Muslimat NU Kabupaten Mamuju dan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) melakukan sosialisasi gizi di Kabupaten Mamuju. Dalam kesempatan itu pula terungkap, sebagian besar peserta yang hadir ternyata masih menggunakan kental manis sebagai minuman susu selepas masa ASI ekslusif atau setelah usia enam bulan.

Baca juga: Indonesia berbagi pengalaman percepatan penurunan stunting dengan Laos

Selain melakukan sosialisasi, juga dilakukan kunjungan ke sejumlah rumah yang memiliki bayi dua tahun terindikasi stunting. Berdasarkan penelusuran hasil pengukuran berat badan, terlihat penurunan berat badan mulai terjadi mulai usia enam hingga delapan bulan. Kondisi itu bila dibiarkan akan berpotensi menjadi stunting. Berdasarkan penuturan ibu, penyebab berat badan anaknya terus mengalami penurunan adalah karena sang anak tidak suka makan.

“Anak-anak ini sejak bayi diberi ASI tanpa susu tambahan. Tapi ternyata lepas dari masa ASI eksklusif, berat badannya mulai anjlok bahkan ada yang sudah di garis merah. Ini disebabkan karena pada masa MPASI asupan gizinya tidak cukup, hanya dikasih bubur nasi dan minum protein. Selain itu, kental manis juga masih digunakan sebagai minuman susu untuk anak-anak, rata-rata mulai diberikan sejak usia 1 tahun,” kata Ketua YAICI, Arif Hidayat.

Arif juga mengingatkan pentingnya pengetahuan masyarakat akan gizi. Untuk itu perlu adanya edukasi dan pendampingan bagi masyarakat untuk pencegahan dan pengentasan stunting.

Baca juga: Legislator minta DKI tingkatkan anggaran khusus penanganan stunting

 

 

Pewarta: Indriani
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023