Jakarta (ANTARA) -


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 70 persen kejadian bencana selama sepekan 28 Agustus hingga 3 September 2023 didominasi hidrometeorologi kering.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Selasa, mengatakan terdapat 46 kali kejadian bencana yang dilaporkan dari daerah, sebanyak 32 kejadian di antaranya merupakan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Artinya, 70 persen kejadian bencana kita didominasi oleh hidrometeorologi kering,” ujar Abdul.

Baca juga: BNPB arahkan masyarakat kurangi buka lahan dengan cara dibakar

Ia mengatakan angka tersebut masih belum merepresentasikan kejadian bencana pada pekan tersebut. Sebab ada yang tidak terlaporkan dan kejadian bencana karhutla telah teratasi.

Selain itu, fenomena yang terjadi pada pekan tersebut yakni kebakaran yang terjadi di kawasan yang lebih luas dan lebih terbuka seperti kaki gunung.

“Ini menjadi atensi kita karena akan sangat banyak kerugian ekologis yang bisa dialami,” ujar Abdul.

Baca juga: BNPB: Banjir di musim kemarau telah menjadi fenomena global

Ia menyebutkan laporan kejadian tersebut menunjukkan Indonesia telah memasuki puncak kemarau. Titik api diharapkan dapat berkurang pada transisi dari musim kemarau menuju awal musim hujan pada Oktober 2023.

Menurut dia, kejadian banjir masih terjadi di beberapa lokasi, khususnya Pulau Sumatera dari bagian tengah ke utara, yang dipengaruhi oleh fenomena-fenomena regional yang menyebabkan terjadinya akumulasi awan.

Baca juga: BNPB: Awan hujan berkurang, pemda perlu antisipasi debit air

"Hal tersebut dapat menyebabkan intensitas hujan cukup tinggi ini yang kemudian masih terjadi banjir di beberapa tempat," katanya.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023