Kinshasa (ANTARA News) - Sebanyak 12 orang tewas Jumat ketika polisi melepaskan tembakan ke arah demonstran anti-pemerintah di kota pelabuhan Kongo Matadi, kata beberapa sumber PBB di negara Afrika tengah itu. Para pemrotes itu adalah anggota Bundu dia Kongo, sebuah gerakan keagamaan dan politik berbasis suku yang menyerukan penggulingan pemerintah, kata sumber-sumber itu. "Kami diberi tahu bahwa mereka menyerang dan membunuh seorang perwira polisi militer. Polisi militer membalas dan menewaskan 11 orang," kata salah satu sumber PBB itu. Tidak jelas apakah orang-orang yang menonton terperangkap dalam penembakan itu. Bundu dia Kongo mengupayakan pemulihan Kerajaan Kongo kuno, yang mencakup bagian-bagian dari Angola, Republik Kongo dan Gabon, dan telah lama mengadakan protes untuk menentang pemerintah pusat di Kinshasa. Demonstrasi itu dilakukan pada saat demonstran-demonstran lain dari kelompok oposisi garis keras bentrok dengan pasukan keamanan di Kinshasa, Jumat, hari penuh pertama kampanye menjelang pemilihan umum nasional pada akhir bulan depan. Seorang pengusaha dengan operasi usaha di Matadi mengatakan kepada Reuters, 10 orang tewas di sana dalam penembakan tersebut, namun tidak jelas siapa yang menyulut kekerasan itu. Pemilihan umum presiden dan parlemen pada 30 Juli itu dimaksudkan menjadi pesta demokrasi bebas pertama dalam waktu 40 tahun dan bertujuan menetapkan batas sesuai perang 1998-2003, yang menyeret negara-negara tetangga dan menewaskan jutaan orang. Partai-partai politik akan mengadakan perundingan Jumat mengenai keamanan para calon, akses media dan penerimaan hasil, namun partai populer UDPS memboikot pemilu tersebut. Banyak pihak mengkhawatirkan terjadinya kekerasan, sementara kelompok-kelompok oposisi telah mengancam akan memprotes dan menganggu peluncuran kampanye. Pemilu itu semula dijadwalkan berlangsung pada 30 Juni sesuai dengan perjanjian perdamaian untuk mengakhiri perang lima tahun di Republik Demokratis Kongo dan para pendukung oposisi garis keras menyatakan bahwa pemerintah Presiden Joseph Kabila tidak lagi sah mulai Sabtu, Reuters reported.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006