Nantinya PLTP ini akan mampu mensuplai listrik untuk 55.000 rumah tangga di Sumatera Selatan
Jakarta (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) menjelaskan soal proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lumut Balai Unit 2 sebagai salah satu proyek infrastruktur hijau yang berbasis energi ramah lingkungan di Forum ASEAN-Indo-Pasifik (AIPF) 2023 di Jakarta.

Saat upacara pembukaan pada Selasa, booth green infrastructure BUMN yang menampilkan proyek pengembangan Lumut Balai Geothermal Power Plant Unit 2 dikunjungi oleh Presiden RI Joko Widodo bersama beberapa Kepala Negara ASEAN yang hadir pada AIPF 2023.

Pada momen tersebut, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Julfi Hadi menjelaskan proyek PLTP Lumut Balai Unit 2 yang berlokasi Desa Penindaian, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan itu berkapasitas terpasang sebesar 55 megawatt (MW) dan diharapkan dapat beroperasi di 2024.

"Nantinya PLTP ini akan mampu mensuplai listrik untuk 55.000 rumah tangga di Sumatera Selatan. Proyek pengembangan panas bumi Lumut Balai Unit 2 ini merupakan perluasan dari Lumut Balai Unit 1 yang juga berkapasitas 55 MW," kata Julfi dikutip dari keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.

Proyek pengembangan infrastruktur hijau itu merupakan kerja sama antara Indonesia, Jepang, dan China. Pertamina menyatakan proyek tersebut merupakan bukti nyata perseroan yang didukung oleh Pemerintah Indonesia aktif membangun kolaborasi dengan negara-negara Indo-Pasifik.

"Kerja sama pada proyek ini dilakukan bersama dengan Mitsubishi Corporation dari Jepang, Sepco III Electric Power Construction Co., Ltd. dari China dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dari BUMN Indonesia," ungkap Julfi.

Lebih lanjut, Julfi menjelaskan bahwa PGE yang telah memiliki pengalaman panjang dalam mengembangkan energi panas bumi di Indonesia saat ini telah memiliki kapasitas terpasang sebesar 670 MW dan tengah memasang target untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1 GW.

"Proyek ini merupakan bagian dari proyek strategis nasional untuk mendukung target 1 GW yang akan dicapai dalam rentang waktu dua tahun," ucap Julfi.

Selain itu, proyek tersebut salah satu inisiatif transisi energi yang bertujuan untuk mendukung target pemerintah mencapai target net zero emission (NZE) 2060.

"Tujuan dari proyek ini adalah untuk memitigasi risiko perubahan iklim dan mendukung Indonesia mencapai 23 persen bauran jaringan listrik nasional dari sumber terbarukan pada tahun 2025 yang tentunya berpotensi menurunkan emisi sebesar 581.784 tCO2eq/tahun," kata Julfi.

Baca juga: Gubernur: PLTP Ulumbu berpotensi tarik investor EBT di NTT
Baca juga: Pembangkit geotermal Kamojang pelopor pemanfaatan energi berkelanjutan

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023