New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), membalikkan penurunan awal, setelah data AS menunjukkan sektor jasa-jasa secara mengejutkan meningkat bulan lalu yang membuka peluang untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, meningkat 0,05 persen menjadi 104,8613 pada akhir perdagangan.

Indeks Aktivitas Bisnis PMI Jasa-jasa final AS dari Global S&P yang disesuaikan secara musiman tercatat 50,5 pada Agustus, turun tajam dari 52,3 pada Juli. Indeks Komposit direvisi lebih rendah dari 50,4 menjadi 50,2, terendah sejak bulan Februari.

“Data survei memberikan petunjuk meningkatnya risiko stagflasi, karena tekanan harga yang keras disertai dengan aktivitas bisnis yang hampir terhenti,” kata Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di S&P Global Market Intelligence.

Dolar melemah secara moderat setelah laporan tersebut, sebelum kemudian rebound, karena Institute for Supply Management (ISM) mengatakan pada Rabu (6/9/2023) bahwa PMI non-manufaktur naik menjadi 54,5 bulan lalu, angka tertinggi sejak Februari dan naik dari 52,7 pada Juli.

Peluang pasar untuk kenaikan suku bunga Fed sebesar seperempat poin pada November naik menjadi sekitar 60 persen, dari hampir 50 persen, setelah indeks jasa-jasa ISM pada Agustus dan pengukuran terkait harga dan lapangan kerja meningkat tajam.

“Jelas bahwa perekonomian AS masih jauh lebih kuat jika dibandingkan dengan sebagian besar negara-negara G10 lainnya dan memiliki risiko yang jauh lebih kecil untuk memasuki resesi,” kata Helen Give, pedagang valuta asing di Monex USA di Washington.

“Dengan Inggris dan zona euro berada di ambang kontraksi, investor tidak punya pilihan selain menaruh kepercayaan mereka pada (perekonomian) AS.”

Data tersebut menunjukkan bahwa suku bunga akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, meskipun hal ini tidak mengubah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunganya pada pertemuan akhir bulan ini.

Namun, para pejabat The Fed dalam dua hari terakhir memberikan nada dovish yang menunjukkan bahwa bank sentral AS dapat berhenti sejenak lagi untuk beberapa pertemuan berikutnya guna menilai lebih lanjut dampak pengetatan moneter terhadap data ekonomi.

Presiden Fed Boston Susan Collins mengatakan pada Rabu (6/9/2023) bahwa bank sentral akan bertindak hati-hati dalam mengambil langkah kebijakan moneter berikutnya.

Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,0725 dolar AS dari 1,0721 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2505 dolar AS dari 1,2566 dolar AS pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 147,6940 yen Jepang, lebih rendah dari 147,7660 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,8915 franc Swiss dari 0,8896 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3653 dolar Kanada dari 1,3638 dolar Kanada. Dolar AS naik menjadi 11,1229 krona Swedia dari 11,1026 krona Swedia.


Baca juga: Emas jatuh imbas kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS
Baca juga: Dolar bertahan di Asia di tengah kekhawatiran pertumbuhan, yen rapuh

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023