Masih kecilnya jumlah investor ini tidak lepas dari tingkat literasi yang masih relatif rendah
Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal Regional Candra Fajri Ananda mengimbau generasi muda untuk mulai menjadi basis investor individu agar turut berkontribusi membangun Indonesia.

“Salah satu tujuan acara ini adalah memberikan edukasi dan pemahaman mengenai investasi di pasar keuangan dan mendorong masyarakat termasuk teman-teman semua untuk menjadi bagian dari basis investor individu di Indonesia,” kata Candra dalam acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like IT) 2023 Edisi Ketiga yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis.

Imbauan tersebut diberikan karena jumlah investor muda di Indonesia saat ini masih terbatas. Jumlah investor di pasar modal tercatat 11,4 juta orang per Juli 2023, angka tersebut hanya sekitar 6 persen dari total 187,41 juta penduduk Indonesia yang berusia kurang lebih 20 tahun.

Selain itu berdasarkan wilayah, penduduk Pulau Jawa juga masih mendominasi porsi investor sebesar 68,99 persen di seluruh wilayah Indonesia.

Menurut Candra, pemerataan jumlah investor seharusnya dapat dicapai apabila semakin banyak masyarakat Indonesia yang memahami pentingnya investasi.

“Masih kecilnya jumlah investor ini tidak lepas dari tingkat literasi yang masih relatif rendah, survei yang dilakukan oleh KSEI tahun 2022 menunjukkan bahwa walaupun tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 85 persen, tingkat literasi keuangannya baru sekitar 50 persen,” ujar Candra.

Baca juga: Kemenkeu: Ada perubahan asumsi harga ICP dan lifting dalam RAPBN 2024

Baca juga: Kemenkeu: Ekspansi manufaktur RI diikuti pembukaan lapangan kerja


Lebih lanjut, Candra menjelaskan bahwa partisipasi generasi muda sebagai investor individu dapat memberikan banyak manfaat bagi Indonesia. Beberapa di antaranya yaitu pertama, mendukung pembiayaan pembangunan melalui akumulasi dana jangka panjang.

Kedua, mendorong roda perekonomian nasional. Ketiga, dengan berinvestasi, para generasi muda dapat mengembangkan nilai kekayaan pribadi, serta keempat, dapat menambah sumber penghasilan.

Dalam hal tersebut, pemerintah telah mengimplementasikan berbagai upaya untuk meningkatkan jumlah basis investor individu. Upaya pertama yang dilakukan pemerintah yaitu mengembangkan instrumen dan pemanfaatan teknologi untuk memudahkan akses para investor muda.

Candra mengatakan saat ini telah berdiri banyak perusahaan fintech sebagai mitra resmi distribusi Surat Berharga Negara (SBN) ritel, serta adanya banyak variasi instrumen investasi yang lebih beragam.

“Ada juga yang memiliki suku bunga atau imbal hasil yang mengambang seperti Saving Bond Retail dan Suku Tabungan, dan sekarang Sukuk Ritel dalam proses penjualan,” jelas Candra.

Upaya kedua yaitu pemerintah meluaskan koordinasi dan sinergi lintas otoritas, salah satunya yaitu dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan Melalui Pasar Keuangan.

Kemudian, upaya ketiga yang dilakukan pemerintah yakni melakukan reformasi pada sektor keuangan melalui Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UUP2SK).

“Upaya peningkatan basis investor individu tidak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah dan otoritas, semua pemangku kepentingan harus terlibat, khususnya para generasi muda yang nantinya akan menjalankan negara ini,” pungkasnya.

Baca juga: Kemenkeu proyeksikan inflasi global 5,2 persen pada 2024

Baca juga: Kemenkeu: Realisasi FLPP capai 120.169 rumah per Juli 2023

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023