Kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan.
Jambi (ANTARA) - Beberapa bulan terakhir ini, isu mengenai polusi udara dan kebutuhan udara bersih di Ibu Kota Jakarta dan sekitar, menjadi persoalan serius dan menjadi perhatian luas.

Tidak hanya di pusat pemerintahan, kondisi serupa mulai terjadi di berbagai daerah dengan penyebab yang berbeda. Dalam seminggu terakhir, Jambi, yang terletak di bagian timur Sumatera, mulai mengalami kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Kondisi cuaca yang berkabut akibat asap terpantau mulai menaungi berbagai sudut kota, salah satunya di atas Jembatan Gentala Arasy, yang menjadi ikon Kota Jambi.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jambi sempat mencatat kualitas udara di daerah tersebut pada Senin pagi (4/9) masuk kategori tidak sehat. Situasi yang berlanjut hingga Selasa (5/9) dan Rabu (6/9) ini memerlukan perhatian serius dari warga dengan menghindari aktivitas tidak perlu di luar ruangan.

Informasi yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan angin bertiup dari tenggara ke arah barat laut, dan kemungkinan besar terjadi karhutla yang berawal dari kabupaten sekitar Kota Jambi.

Para pemangku kepentingan di Kota Jambi menyadari masalah ini, mengingat persoalan asap akibat karhutla menjadi isu menahun karena terus berulang hampir setiap warsa.

Penanganan tersebut penting karena Provinsi Jambi punya pengalaman buruk akibat karhutla beberapa tahun sebelumnya, yang berdampak pada perkembangan sektor ekonomi, kesehatan, dan pendidikan.

Salah satu upaya telah dilakukan Wali Kota Jambi Syarif Fasha. Ia membagikan masker kepada pelajar di daerah itu saat melakukan kunjungan ke sejumlah sekolah di Kota Jambi untuk meninjau kegiatan belajar mengajar.

Dalam tinjauannya di SMP 7 Kota Jambi dan SD 47 Kota Jambi, Fasha memberikan dan memakaikan langsung masker kepada siswa yang kedapatan tidak memakai masker, sembari mengedukasi pelajar untuk selalu memakai masker di saat kabut asap terjadi.

Dinas Pendidikan Kota Jambi sebelumnya juga telah menginstruksikan seluruh jenjang sekolah di Kota Jambi, agar mewajibkan anak didik memakai masker dalam kondisi bencana kabut asap dan mengurangi aktivitas belajar di luar ruang.

Sebagai langkah pencegahan dan penanganan, Pemkot Jambi mengaktifkan kembali satgas penanganan bencana kabut asap Kota Jambi dan menyiagakan seluruh puskesmas untuk melayani masyarakat yang terkena infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) serta menyiapkan rumah singgah oksigen jika situasi memburuk seperti tahun 2015.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi Ida Yulianti memastikan telah mengeluarkan instruksi kepada pengelola fasilitas pelayanan kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit, segera menyiapkan obat-obatan, oksigen, dan peralatan medis untuk merawat pasien ISPA yang terus bertambah.

Hal tersebut perlu dilakukan mengingat tingkat Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kota Jambi sudah mencapai angka 96, melebihi batas normal yang telah ditetapkan dalam rentang 1-50. Oleh karena itu, menjaga kesehatan pernapasan menjadi hal yang sangat penting.

Beberapa aksi solidaritas untuk mengantisipasi dampak kabut asap juga telah dilakukan oleh sekelompok masyarakat. Salah satunya aksi sukarela pembagian masker di perempatan jalan utama sekitar kawasan Jelutung, Kota Jambi, kepada pengendara mobil maupun sepeda motor yang lewat.


Pencegahan di hulu

Upaya mengatasi kabut asap dan mengurangi dampak negatif karhutla juga dilakukan di level hulu melalui koordinasi antara TNI AD, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Manggala Agni, Basarnas, serta berbagai pihak lainnya yang tergabung dalam Satgas Karhutla Jambi.

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Dudung Abdurachman saat melakukan apel kesiagaan di Jambi, Kamis, menilai kesiapan satgas untuk menangani karhutla di Jambi telah berjalan dengan baik, mengingat jumlah titik api dan kabut asap mulai berkurang.

Ia pun mengharapkan penanganan karhutla ke depan dapat dilakukan dengan lebih signifikan melalui koordinasi berbagai pihak terkait, dengan mewaspadai potensi penyebaran titik api agar tidak meluas dan memberikan dampak terhadap pencemaran udara.

Pelaksana Harian (Plh.) Dansatgas Karhutla Jambi Brigjen TNI Supriono mengakui dalam beberapa hari terakhir Jambi telah diselimuti kabut asap dengan kualitas udara yang kurang sehat.

Sejauh ini modifikasi cuaca untuk pemadaman buatan belum dapat dilakukan secara optimal mengingat belum ada air di awan di wilayah Jambi yang bisa menurunkan hujan di wilayah terjadinya karhutla.

Meski demikian, sinergi terus dijalankan dengan fokus utama penanganan api adalah kebakaran di lahan gambut yang selama ini sulit dipadamkan, karena sumber api berada di dalam permukaan tanah dan sering menimbulkan asap tebal.

Sebelumnya, jumlah lahan yang terbakar, berdasarkan data tim Satgas Karhutla Jambi pada Minggu (3/9), tercatat mencapai luasan 335 hektare lebih dengan beberapa titik tersebar di wilayah Jambi.

Beberapa titik api yang menjadi sumber karhutla terpantau berada di beberapa kabupaten seperti di Batanghari, Muarojambi, Tanjungjabung Barat dan Timur, serta kemudian ada juga di Kabupaten Sarolangun.


Udara bersih

Mengingat musim kering akibat El Nino diperkirakan masih terjadi hingga akhir tahun, maka potensi kejadian karhutla masih dapat berlangsung, tidak hanya di Jambi, tapi juga di wilayah lain di Indonesia.

Fokus penanganan harus diupayakan karena karhutla tidak hanya menyebabkan bencana lingkungan, tapi juga bisa menimbulkan masalah kesehatan kepada warga. Kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan.

Oleh karena itu, peringatan Hari Udara Bersih Internasional pada 7 September harus dapat menjadi momentum pengingat atas pentingnya cuaca yang bersih dan sehat bagi semua serta bebas dari kabut asap.

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengingatkan pentingnya upaya lebih keras untuk membuat kualitas udara menjadi lebih baik karena udara adalah sumber penghidupan.

Oleh karena itu, masyarakat maupun pemangku kepentingan diminta berinisiatif melakukan sesuatu untuk menciptakan lingkungan bersih bebas asap yang lebih baik dan mengurangi pencemaran udara secara masif berkelanjutan.

Upaya untuk menciptakan udara bersih bebas polusi bisa dilakukan dari tindakan kecil yang sederhana, misalnya, tidak menggunakan kendaraan pribadi, tidak merokok, dan tidak membakar sampah yang selama ini menjadi sumber pencemaran udara.

Meski potensi polusi udara akibat karhutla maupun sebab lainnya belum akan hilang dalam waktu dekat, upaya untuk memperbaiki kualitas udara dan melindungi kesehatan masyarakat harus menjadi poin penting dalam penyusunan  kebijakan pembangunan manusia ke depan.

Kebijakan tersebut mendesak diterapkan mengingat penyakit pernapasan termasuk 10 penyakit terbanyak di Indonesia, dan polusi udara merupakan faktor risiko kematian kelima tertinggi di Tanah Air setelah hipertensi, gula darah, merokok, dan obesitas.







 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023