pupuk organik makin dibutuhkan, selain bisa mengembalikan ekosistem lahan, tanaman yang dihasilkan juga sehat
Mojokerto (ANTARA) -
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri temu lapang sekaligus membuka Pencanangan Penerapan Manajemen Tanaman Sehat (MTS) Jawa Timur di Desa Ngarjo, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Kamis.
 
“Ini contoh penerapan MTS yang bisa dijadikan referensi bagi daerah-daerah dan provinsi-provinsi lainnya. Oleh karenanya tugas Pemerintah Kabupaten dan Desa sangat penting di sini,” ujarnya.
 
Menurut Khofifah, pencanangan MTS menjadi solusi nyata untuk mengurangi ketergantungan pupuk dan pestisida kimia, terlebih saat ini ketersediaan pupuk bersubsidi semakin berkurang.

Tak hanya itu saja, menurut Khofifah, bahan kimia juga berdampak pada berkurangnya unsur hara dalam lahan pertanian jika digunakan puluhan tahun.
 
“Jika ingin produktivitas tanaman tinggi, maka kita harus menambah banyak pemupukan karena unsur hara tanah makin berkurang. Sedangkan pupuk bersubsidi saat ini makin berkurang. Oleh karena itu pupuk organik makin dibutuhkan, selain bisa mengembalikan ekosistem lahan, tanaman yang dihasilkan juga sehat ,” katanya.
Dalam penerapannya, MTS memperhatikan beberapa komponen dalam pertanian yakni, perencanaan tanaman, penggunaan pupuk organik, pengolahan tanah yang baik, benih berkualitas, pengelolaan air, pelestarian musuh alami seperti predator, parasitoid, dan agen antagonis, serta pengamatan dan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
 
Ia mengatakan, program yang telah diterapkan pada lahan seluas 25 hektare ini bisa menjadi referensi penerapan MTS di daerah lain. Karena, program yang meminimalisir penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen ini sudah membuahkan hasil berupa padi jenis Inpari 32 yang siap panen.
 
"Ketua Kelompok Tani Sri Rejeki bisa menjelaskan terminologi dan diksi yang sangat saintifik. Bagaimana mereka memilih benih, bagaimana supaya tanaman sehat dengan penanaman bunga hias yang berfungsi sebagai refugia. Sehingga OPT beralih ke bunga hias. Saya rasa ini juga berfungsi mempercantik format tanaman sehat,” katanya.
 
Tidak hanya itu, penerapan MTS telah meningkatkan kepadatan populasi musuh alami mencapai 15 kali dibanding manajemen kawasan secara konvensional.

Sinergitas penerapan budidaya tanaman sehat di lokasi MTS menunjukkan adanya potensi penyelamatan kehilangan hasil panen akibat serangan OPT mencapai 12 persen atau secara umum produksi dapat ditingkatkan mencapai 12 persen.
 
“Pada penerapannya memang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran. Tapi, jika sudah diterapkan dengan baik maka secara alami cacing dan belut mulai banyak kemudian juga kijing (sejenis kepiting) juga hidup. Inilah tanda-tanda tanah subur dan makhluk hidup bisa tumbuh di sana,” tuturnya.

Baca juga: Strategi menuju karbon organik tanah 2 persen
Baca juga: BRIN ungkap potensi besar pertanian organik


Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati mengatakan bahwa sebelum penerapan MTS ada di Desa Ngarjo Kecamatan Mojoanyar, belum ada suatu hal yang membuat masyarakat ingin berkunjung ke desa ini. Namun dengan dijadikannya Desa Ngarjo sebagai lokasi pilot project MTS oleh Dinas Pertanian Jatim maka diharapkan akan bisa mengembangkan potensi desa sebagai desa wisata.
 
"Kepala desa saya harapkan juga bertanggung jawab untuk mengembangkan desa ini sebagai Desa Wisata yang berfokus pada bidang pertanian. Saya rasa ini mampu untuk dikembangkan karena sangat estetik dan punya peluang ekonomi yang luar biasa,” katanya.
 
Program MTS merupakan upaya peningkatan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan penerapan strategi Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), melalui pengelolaan agroekosistem atau ekosistem pertanian dalam suatu kawasan. Metode ini dilakukan dengan pendekatan yang terencana, komprehensif, integral, dan berkelanjutan yang meliputi semua aspek ekologi, ekonomi, dan sosial.
 
 
 

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023