Bamako (ANTARA) - Sedikitnya 49 warga sipil dan 15 tentara tewas ketika kelompok ekstremis menyerang sebuah kapal dan kamp militer di Mali pada Kamis (7/9).

Menurut pemerintah sementara Mali,  masih banyak lagi yang terluka sehingga jumlah korban tewas kemungkinan berubah.

Kelompok ekstremis menyerang sebuah kapal yang ditumpangi warga sipil untuk menyeberangi daerah banjir yang memisahkan Kota Gao dan Mopti saat musim hujan. Kapal itu sedang melaju dari Gao ketika diserang gerombolan ekstrimis itu.

Pelaku juga menyerang kamp militer di Bourem Cercle yang masuk wilayah pemerintahan Gao.

Sekitar 50 penyerang tewas dan tiga hari berkabung nasional sudah diumumkan, kata pemerintah sementara.

Baca juga: Sanksi PBB di Mali berakhir setelah veto Rusia

Mali adalah salah satu negara Afrika Barat yang bergulat dengan pemberontakan kelompok bersenjata berafiliasi kepada Alqaeda dan ISIS yang berbasis di wilayah utara pada 2012.

Para ekstremis menguasai wilayah yang membentang di Sahel dan pesisir Afrika Barat, meski dunia internasional berupaya mendukung pasukan pemerintah.

Ribuan orang tewas dan lebih dari enam juta orang lainnya mengungsi di selatan Sahara.

Kecewa terhadap maraknya kondisi tidak aman telah memicu masing-masing dua kudeta di Mali dan di Burkina Faso sejak 2020 yang merupakan empat dari delapan kudeta di Afrika Barat dan Tengah dalam tiga tahun belakangan.

Baca juga: Usai kematian bos Wagner, Rusia tetap bertekad bantu Mali

Sumber: Reuters

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023