Medan (ANTARA News) - Kapal Perang (KRI) Teuku Umar saat ini sedang melakukan patroli di perairan Pulau Mursala dan Bintana, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara atau lokasi tempat tenggelamnya Kapal Motor Surya Makmur Indah dalam pelayaran dari Pelabuhan Sambas, Sibolga ke Gunung Sitoli, Nias, pekan lalu. Komandan Pangkalan TNI-AL (Danlanal) Sibolga, Letkol Laut (P) Djaka Santoso yang dihubungi dari Medan, Sabtu, mengatakan sejak siang hari Sabtu kapal perang tersebut melakukan penyisiran di lokasi tenggelamnya kapal yang mengangkut penumpang itu. KRI Teuku Umar merupakan Kapal Peronda Korvet generasi modren type 133.1 dengan jenis terbaru. KRI Teuku Umar berukuran panjang 75, 2 meter, lebar 9,78 meter, dan luas 2,65 meter serta mempunyai bobot 900 ton. Kapal perang tersebut dibuat pada tahun 1984 oleh Veb Peenwerft, Wolgast, Jerman Timur digunakan oleh tentera laut Jerman Barat sebelum dibeli Indonesia pada tahun 1996. KRI Teuku Umar itu juga berperan sebagai Kapal Anti Kapal Selam. Santoso menambahkan, KRI Teuku Umar melakukan patroli untuk mengetahui perkembangan mengenai korban kapal yang tenggelam, dan hingga kini masih banyak yang belum ditemukan oleh tim SAR. Jumlah penumpang kapal tenggelam yang belum ditemukan diperkirakan sebanyak 22 orang lagi, dan yang selamat berhasil dievakuasi 95 orang, ditemukan tewas 16 orang dari jumlah penumpang serta anak buah kapal (ABK) seluruhnya mencapai 124 orang. Ia menyebutkan, kendati pencaharian terhadap korban kapal tenggelam telah dihentikan, Rabu, (28/6), namun pihak TNI-AL Sibolga masih terus melakukan patroli di perairan Mursala dan Bintana. Petugas masih terus bekerja untuk mencari korban yang belum ditemukan, karena ini merupakan tugas TNI-AL Sibolga, tambahnya. Sebelumnya, Osben Naibaho, Nahoda KM. Surya Makmur Indah mengatakan, kapalnya tenggelam di perairan Mursala dan Bintana, Tapteng, Kamis pagi, (22/6) pukul 05.30 WIB akibat dihantam badai yang cukup keras. Menurut dia, sebelum kapal yang mengangkut penumpang dan barang itu, tenggelam di perairan Tapteng, kapal itu lebih dahulu mengalami keboncoran di bagian bawah. Tenggelamnya kapal tersebut baru diketahui aparat terkait pada pukul 09.00 WIB, karena hubungan komunikasi berupa radio tidak berfungsi dan mengalami kerusakan, katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006