Naiknya polusi karbon jelas bertanggung jawab atas musim panas yang memecahkan rekor.
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 98 persen populasi manusia di dunia turut merasakan tiga bulan terpanas dalam sejarah, yakni dalam rentang Juni—Agustus 2023, demikian menurut laporan yang dirilis lembaga nirlaba pemerhati perubahan iklim, Climate Central.

Menurut hasil riset yang diterima di Jakarta, Jumat, selama rentang waktu Juni—Agustus 2023 tak satu pun di antara 180 negara dan 22 wilayah yang tercakup dalam analisis atribusi Climate Central bisa selamat dari dampak perubahan iklim.

Musim panas yang tercatat sebagai masa terpanas dalam sejarah bumi, dirasakan oleh sekira 7,95 miliar orang atau 98 persen populasi dunia yang mengalami kenaikan suhu dua kali lebih tinggi akibat dari produksi polusi karbon yang terperangkap dan menjadi panas di atmosfer bumi.

"Hampir tidak ada seorang pun di Bumi yang luput dari pengaruh pemanasan global selama tiga bulan terakhir ini," kata Wakil Presiden bidang Sains Climate Central Andrew Pershing.

Baca juga: Mari Elka: Adaptasi perubahan iklim cegah PDB turun 1,24 persen

Baca juga: BRIN ungkap perubahan dan fungsi tumbuhan akibat perubahan iklim


Pershing menambahkan bahwa kenaikan suhu bahkan terjadi di belahan bumi bagian selatan, yang biasanya mengalami masa terdingin dalam periode Juni—Agustus.

Menurut Pershing hal itu sulit atau hampir tidak mungkin terjadi tanpa adanya dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

"Naiknya polusi karbon jelas bertanggung jawab atas musim panas yang memecahkan rekor," ujarnya.

Climate Central melaporkan sepanjang Juni—Agustus 2023, sedikitnya 6,2 miliar orang mengalami setidaknya satu hari dengan suhu lima kali lipat di atas rata-rata, berdasarkan sistem atribusi global Climate Central untuk indeks pergeseran iklim (CSI).

CSI digunakan Climate Central untuk membandingkan suhu yang diamati atau prakiraan suhu dengan suhu yang dihasilkan oleh permodelan yang menghilangkan pengaruh perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Climate Central juga melaporkan hampir 2,4 miliar orang di 41 negara atau wilayah merasakan setidaknya 60 hari dengan kenaikan suhu mencapai lima derajat celsius berdasarkan indeks CSI.

Kemudian, nyaris separuh populasi dunia atau 3,9 miliar orang mengalami 30 hari atau lebih dengan peningkatan suhu tiga kali lipat akibat perubahan iklim atau setara kenaikan level 3-5 indeks CSI.

Sementara 1,5 miliar orang mengalami kenaikan suhu dengan level yang sama setiap hari sepanjang Juni—Agustus 2023.

Climate Central menyatakan kenaikan suhu tiga kali lipat atau lebih indeks CSI dampak perubahan iklim selama 47 hari di negara-negara kurang berkembang versi PBB serta 65 hari di negara-negara kepulauan kecil.

​​​​​​Penduduk negara-negara G20 pun tidak luput dari kenaikan suhu tiga kali lipat atau lebih indeks CSI, setidaknya selama 17 hari.

Climate Centra menyebut enam negara bagian Amerika Serikat yakni Hawai'i, Louisiana, Texas, New Mexico, Florida, dan Arizona, merasakan kenaikan suhu setara level 3 indeks CSI sebanyak 30 hari atau lebih, sebagaimana juga sebagian wilayah Spanyol dan Italia.

Sedangkan Arab Saudi, Indonesia, Meksiko, 11 negara bagian India dan lima negara bagian Brazil merasakan kenaikan suhu setara level 3 indeks CSI selama setidaknya separuh dari periode Juni—Agustus 2023.*

Baca juga: UAE gelar temu tokoh agama dunia bahas perubahan iklim

Baca juga: Dubes RI: mobilisasi pendanaan pembangunan harus ditingkatkan

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023